Jawa TimurPeristiwa

Cerita Keluarga: Firasat Aneh Sebelum Satu Keluarga Tewas Tertimbun Longsor di Cangar

×

Cerita Keluarga: Firasat Aneh Sebelum Satu Keluarga Tewas Tertimbun Longsor di Cangar

Sebarkan artikel ini
Kondisi longsor jalur Cangar-Pacet

Sidoarjo, LenteraInspiratif.id – Duka mendalam menyelimuti warga Desa Kloposepuluh, Sukodono, Sidoarjo. Tujuh anggota satu keluarga tewas secara tragis akibat longsor yang terjadi di kawasan wisata Air Terjun Watu Lumpang, Cangar, Pacet, Mojokerto, pada Kamis siang (3/4/2025).

 

Namun, sebelum kejadian memilukan itu, keluarga korban sempat merasakan firasat yang tak biasa. Charisun, saudara kandung Masjid Zatmo Setio (31), salah satu korban, mengaku melihat perubahan sikap yang mengganjal dari adiknya saat momen silaturahmi Idulfitri.

 

“Biasanya dia ceria dan suka ngobrol. Tapi waktu Lebaran kemarin, dia diam saja, kelihatan pucat. Saya langsung merasa ada yang nggak beres, tapi cuma bisa diam,” kata Charisun di rumah duka, Jumat (4/4/2025).

 

Firasat itu tak berhenti di satu pertemuan. Saat kembali bertemu di rumah saudara lain, Masjid tetap terlihat pendiam, bahkan menyendiri dari keramaian.

 

“Dia duduk sendirian, nggak banyak bicara. Pas saya pamit, dia cuma bilang, ‘iya mas, hati-hati’, tapi wajahnya tetap murung,” tambah Charisun dengan nada sedih.

 

Masjid Zatmo Setio, yang saat itu mengemudikan mobil Toyota Innova bersama enam anggota keluarganya, diketahui hendak bersilaturahmi ke Kota Batu. Namun, kendaraan mereka tertimpa longsoran tanah dari tebing setinggi puluhan meter di jalur wisata Cangar.

 

Tujuh nyawa melayang dalam sekejap: Masjid sendiri, istrinya Rani Anggraeni (28), dua anak mereka Syahrul Nugroho Rangga Setiawan (6) dan Putri Qiana Ramadhani (2), kedua orang tuanya H. Wahyudi (71) dan Hj. Jainah (61), serta ibu mertuanya Saudah (70).

 

Keluarga awalnya hanya mengetahui ada insiden longsor dari media sosial. Namun mereka terkejut setelah dikonfirmasi bahwa korban adalah kerabat mereka.

 

“Waktu lihat berita longsor di medsos, saya nggak kepikiran itu keluarga sendiri. Sampai akhirnya polisi datang dan mengabarkan,” ujar Charisun lirih.

 

Seluruh korban kini telah dimakamkan berdampingan di pemakaman desa. Kejadian tragis ini meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran penting: bahwa terkadang firasat bukan sekadar perasaan lewat.

 

Pihak keluarga berharap, peristiwa ini dapat menjadi pengingat bagi masyarakat agar lebih waspada saat bepergian di jalur rawan bencana, terutama saat musim hujan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *