lenterainspiratif.id | Mojokerto – Berkunjung ke kawasan Kabupaten Mojokerto, banyak dijumpai situs sejarah nusantara, khususnya di era Kerajaan Majapahit. Seperti halnya situs Siti Inggil petilasan Raden Wijaya di Dusun Kedungwulan, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Situs ini juga dikenal dengan sebutan Lemah Geneng, yang artinya sama dengan Siti Inggil yaitu tempat yang tinggi atau tanah yang tinggi.
“Dulu disebut Lemah Geneng, artinya tanah yang tinggi. Sama juga artinya dengan Siti Inggil yang dulu muncul saat di eranya Pak Harto,” ujar juru kunci situs yang ke 13, Sukirno Senin 8/2/2021.
Di dalam kompleks Siti Inggil ini ada lima nisan, yakni nisan Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana, pendiri Kerajaan Majapahit. Kemudian makam Ghayatri (permaisuri Raden Wijaya) dan dua selirnya yang bernama Dhoro Pethak dan Dhoro Jinggo, serta abdi kinasih.
lebih lanjut Sukirno juga menjelaskan, makam ini bukanlah tempat jenazah Raden Wijaya, melainkan hanya sebagian abu dari jenazahnya yang diperabukan.
“Mungkin dulu itu ada abunya yang tertinggal disini atau untuk memudahkan orang mengingat dan berdoa. Intinya tempat ini mengingatkan kita untuk menghormati leluhur. Adanya Majapahit itu tentu ada seorang raja yang luar biasa, orang pilihan. Kita sebagai anak cucunya wajib hormat kepada leluhur kita,” ujarnya.
Diluar kompleks Siti Inggil, terdapat Sanggar Pamujan serta yang tak kalah menarik adalah dua makam yang bertuliskan Sapu Jagad dan Sapu Angin yang merupakan pengawal dari Raden Wijaya. Kemudian makam Mbah Kasan, salah satu dari sekian banyak guru spiritual Soeharto. Selain itu juga terdapat sumur tua yang hingga saat ini masih digunakan.
Hampir setiap hari selalu ada saja pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Bahkan pada hari-hari tertentu, seperti Jumat Legi dan malam satu Suro, situs ini dipadati pengunjung dari kawasan Mojokerto, hingga Bali, Jakarta, dan Riau.
Sejumlah Presiden pun pernah mengunjungi situs ini, mulai dari Soekarno, Soeharto, Susilo Bambang Yudhoyono dan Gus Dur.
” Tempat ini dipercayai dapat mengabulkan doa yang berkaitan dengan jabatan atau kedudukan. Hal tersebut tak lepas dari keagungan Raden Wijaya yang berhasil menyatukan nusantara” pungkas sukirno. ( Ainul yaqin )