BisnisJawa Timur

Pria di Mojokerto Sulap Eceng Gondok jadi Kerajinan Beromzet Puluhan Juta Rupiah

×

Pria di Mojokerto Sulap Eceng Gondok jadi Kerajinan Beromzet Puluhan Juta Rupiah

Sebarkan artikel ini
Eceng Gondok, Kerajinan, Banyu Putih art
Produk kerajinan Banyu Putih Art di Desa Jeruk Seger, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto

Lenterainspiratif.id, Mojokerto – Suliadi (44) pria asal Desa Jeruk Seger, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto berhasil menyulap eceng gondok menjadi berbagai kerajinan yang artistik. Tanaman dengan nama Latin Eichhornia Crassipes ini dapat dirubah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan beromzet puluhan juta.

 

Suliadi menggeluti industri rumahan ini sejak tahun 2000. Dirinya menyulap ruang tamu rumahnya menjadi tempat produksi sekaligus galeri kerajinan miliknya. Saat ini, rumah industri miliknya yang bernama Banyu Putih Art sudah memili 4 tenaga kerja.

 

Aneka kerajinan berhasil diproduksi Banyu Putih Art milik Suliadi ini. Mulai dari sandal, topi pantai untuk wanita, aneka model tas wanita, tas selempang, kotak tisu, kotak hampers, keranjang pakaian, bantal, loyang, hingga alas gelas dan piring.

 

“Kelebihan produk kerajinan kami anyamannya rapi, kecil, rapat, bentuknya beragam,” kata Suliadi, Minggu (21/8/2022).

 

Suliadi membeli bahan baku dari para petani eceng gondok di Surabaya. Bahan berupa tangkai-tangkai eceng gondok yang sudah dikeringkan ini, dirinya menggunakana tangkai berdiameter 1,5 sampai 2 cm dengan panjang 80-90 cm.

 

“Saya sudah pernah mencoba ambil eceng gondok dari sungai di sekitar sini, setelah saya keringkan tangkainya mengecil, susut. Sehingga tidak layak. Makanya saya beli dari Surabaya seharga Rp 11 ribu per Kg,” terangnya.

 

Aneka produk kerajinan eceng gondok milik Suliadi dibuat menggunakan 3 teknik anyaman. Pertama teknik anyaman bilik yang biasa untuk membuat tikar, Teknik anyaman lilit, dan Teknik anyaman pecah kopi. Setelah dianyam, proses selanjutnya adalah pewarnaan menggunakan cat water base atau pelarut air sehingga lebih ramah lingkungan.

 

” Proses water base juga membuat produk yang asalnya lemas menjadi lebih kaku. Proses terakhir dijemur. Kalau untuk tas dilanjutkan ke proses sulam,” jelasnya.

 

Suliadi membanderol aneka kerajinan eceng gondok ini dengan harga bervariasi sesuai ukuran dan kerumitan proses pembuatannya. Sandal ia jual Rp 25 ribu per pasang, kotak tisu Rp 65 ribu, bantal 40×40 cm Rp 75 ribu, tas wanita Rp 100-150 ribu, kotak hampers 34x21x12 cm Rp 60 ribu, tatakan gelas dan piring Rp 3-9 ribu, topi wanita Rp 50 ribu, serta keranjang baju Rp 175 ribu.

 

Adapaun omzet penjualan kerajinan eceng gondok mencapai Rp  5 juta sampai Rp 10 juta dalam satu bulan. (diy)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *