Jawa Timur

Mengenang Sosok Pramoedya Ananta Toer dengan Membumikan Budaya Literasi

×

Mengenang Sosok Pramoedya Ananta Toer dengan Membumikan Budaya Literasi

Sebarkan artikel ini
Budaya literasi, Berita Mojokerto
Acara diskusi Pramoedya Ananta Toer

Lenterainspiratif.id | Mojokerto – Memperingati bulan pram perkumpulan muda mudi yang tergabung dalam nama Lapak Baca Nyala dan Mendadak Klub Buku mengadakan diskusi ulasan tentang beberapa buku karya Pramoedya Ananta Toer dengan undangan untuk umum.

Diadakan pada 25 Februari pada pukul 16.00 di Klasik World Cafe kota mojokerto dengan tema 98 tahun Pramoedya Ananta Toer dan berjudul “Mengulas Tretologi Pulau Buru Babak Dua”

Acara tersebut sudah yang ke 3 kalinya diadakan di mojokerto artinya muda mudi di mojokerto telah menghidupkan kembali minat baca dan mengingat perjuangan salah satu pengarang handal yaitu Pramoedya dalam kurung waktu 3 tahun terakhir ini

Pramoedya sendiri lahir di Blora jawa tengah pada 6 Februari 1925 dan wafat pada 30 April 2006 dalam masa hidupnya beliau telah menciptakan 50 karya yang telah diterjemahkan ke 42 bahasa asing

Pada pertemuan hari sabtu ini ada 3 buku yang dibahas dengan 3 narasumber yaitu Andre Widha dengan buku Arus Balik, lalu ada Hajar Estina mengulas buku Ares Dedes, dan Lintang Budiyanti pengulas buku Mangir.

“saya sangat senang di Mojokerto minat untuk mengulas dan mengingat Pramoedya sangat luar biasa bahkan di Blora sendiri tempat dan kota lahir beliau minat untuk membahas dan mengulas karya karya beliau tidak sebesar ini,” ungkap iiw penggagas Mendadak Klub Buku yang berasal dari Sidoarjo dalam sambutan pembuka acara tersebut

Tak hanya muda mudi dari klub baca yang menghadiri acara tersebut tapi juga elemen dari mahasiswa turut hadir dalam acara yang diselenggarakan pada sore hari ini

Kebanggaan tersendiri bagi mereka kaum melek baca yang sadar akan perjuangan salah satu penulis yang harusnya di rawat karya karya nya walaupun ada beberapa karya yang di hancurkan karena ada masa dimana Pramoedya dianggap komunis pada orde baru hanya karena karyanya yang berjudul “Bumi Manusia”

Lalu rasa yang tetap hinggap pada saat ini ialah mereka yang tetap menyebar luaskan informasi dan diskusi tentang karya Pramoedya agar semakin dikenal karya dan perjuangannya. (Win)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *