Tips

Ini Lho Rek 7 Cara Mengatasi Lingkungan Kerja yang Toxic

×

Ini Lho Rek 7 Cara Mengatasi Lingkungan Kerja yang Toxic

Sebarkan artikel ini
Lingkungan kerja, toxic
Scene of Furious boss scolding asian young couple businesswoman in formal suit by point to her face in modern office, Business mistake and punish concept

 

 

 

 

 

 

 

Lenterainspiratif.id | Tips – elama bekerja menjadi pegawai terkadang ada gangguan, seperti komunikasi tim yang kurang baik, hubungan yang memburuk antara seorang manajer dan bawahan, atau lingkungan kerja yang kurang nyaman.

tiap pegawai pasti melibatkan dua sisi, yakni bekerja sesuai dengan kesepakatan dan bersosialisasi. Terkadang konflik memang wajar terjadi di lingkungan kerja. Namun, apabila SDM perusahaan tidak dapat mengelola konflik yang terjadi justru akan menimbulkan kerugian yang berarti.

Untuk mengatasi konflik di lingkungan kerja, kamu bisa mengikuti kiat-kiat berikut, yang dirangkum dari berbagai sumber ahli.

1. Komunikasikan Kekhawatiran Secara Terbuka

Proses yang efektif saat menangani masalah hubungan karyawan adalah merencanakan peningkatan kinerja yang konsisten. Jelaskan apa yang menjadi akar masalah, kekurangan kinerja dengan jelas, setujui rencana, tinjau hasil rencana, sering tindak lanjuti dan dokumentasikan prosesnya. – Lisa McLeods

2. Cari Nasihat SDM Dan Tingkatkan Kesadaran

Berurusan dengan lingkungan yang toxic membutuhkan keberanian untuk membela diri sendiri. Jangan takut untuk menetapkan batasan yang jelas dan menyebutkan perilaku yang tidak pantas.

Namun jangan melakukannya sendirian. Anda harus mendekati tim SDM untuk meminta nasihat dan meningkatkan kesadaran. Jika masalah itu tidak ditangani dengan serius, mungkin inilah saatnya untuk mempertimbangkan apakah tempat kerja itu sudah tepat untuk Anda. – Nurit Shiber, Aksonius

3. Jelaskan Mengapa Perilaku Itu Tidak Dapat Diterima

Perusahaan harus segera mengambil tindakan dan menyikapinya dengan tegas. Pastikan karyawan yang memiliki sifat toxic diberi peringatan tentang perilaku mereka.

Pastikan Anda juga menyampaikan secara tertulis mengapa perilaku tersebut tidak dapat diterima. Sedangkan untuk perusahaan harus bisa mengantisipasinya dengan melakukan pelatihan terhadap karyawan. Perilaku toxic bisa menyebar seperti virus dan harus dihentikan sesegera mungkin. – Jacqlyn Nedvin, Autism Speaks Inc.

4. Keluarkan Karyawan yang Toxic Dari Organisasi

Orang berhak mendapat kesempatan untuk memperbaiki perilaku mereka dengan menerima kesempatan dan pembinaan. Namun, jika karyawan toxic tersebut tidak bisa mengubah sifatnya dan menolak bekerjasama, maka akan berbahaya untuk mempertahankan mereka sebagai bagian dari organisasi.

Karena, melalui interaksi sehari-hari mereka, karyawan yang toxic akan memberikan berdampak negatif bagi orang-orang di sekitar mereka. – Sanja Licina, QuestionPro

5. Mengharuskan Setiap Orang Untuk Mematuhi Standar Kerja Yang Sama

Tidak ada toleransi atau kelonggaran untuk budaya transparan di dunia kerja. Saat berhadapan dengan karyawan yang toxic, usahakan untuk memperlakukan mereka sesuai dengan prosedur yang ada.

Tidak ada yang namanya mendapatkan perlakuan secara istimewa. Jika apa yang dilakukannya salah, maka tindak sesuai prosedur kerja yang ada. – Lisa Shuster, iHire

6. Atasi Akar Penyebab Tindakan Mereka

Karyawan adalah SDM yang penting bagi perusahaan, maka dari itu mengidentifikasi penyebab sikap toxic dan mengatasinya akan mengurangi masalah.

Seseorang seringkali tidak menyadari tindakannya dianggap “toxic”. Menanyakan tentang masalah pribadi, kurangnya dalam komunikasi atau dukungan apa pun yang diperlukan dapat membantu mengidentifikasi akar masalah dan solusinya. – Noelle Federico.

7. Dapatkan Pemahaman Yang Jelas Tentang Pekerjaan Dan Peran

Jika Anda menemukan diri Anda dalam situasi di mana secara teratur diminta untuk terlibat dengan atasan atau rekan kerja yang toxic, maka ambil bagian seperlunya dalam komunikasi yang jelas dan ringkas adalah kuncinya.

Bersikap terus terang saat Anda berkomunikasi untuk memastikan bahwa Anda keluar dari percakapan dengan pemahaman yang jelas tentang pekerjaan. Hal ini dapat meminimalkan kesalahpahaman di masa depan dan potensi bentrok. (Met)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *