Lenterainspiratif.id | Sejarah – Pemberontakan yang dilakukan oleh Girindrawardhana kepada Majapahit membuat Prabu Brawijaya berpikir panjang. Ia kemudian membicarakannya dengan penasihat Majapahit, yakni Sabda Palon dan Naya Genggong.
Dikutip dari buku ‘Brawijaya Moksa Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit’, sebelumnya, Sabda Palon mengungkapkan dengan dilakukan penyerangan oleh Prabu Girindrawardhana, maka kemungkinan besar ia telah mengetahui kelemahan Majapahit.
Sabda Palon kemudian menghimbau Prabu Brawijaya V untuk meningkatkan kewaspadaannya, karena serangan dari kerajaan Kediri akan datang kapan saja.
Dengan adanya serangan tersebut, mereka menilai bahwa tugas para telik sandi Majapahit seperti kecolongan. Hal itu membuat Tumenggung Supa pun merasa geram atas serangan yang dilakukan oleh Prabu Girindrawardhana.
“Sinuwun,” ujar Tumenggung Supa, “bagaimana kalau kita serang saja Kediri? Daripada kita menunggu dalam kecemasan, bukankah lebih baik kita melakukan penyerangan kepada Kediri?”
Prabu Brawijaya V termangu. Hati dan pikirannya menjadi ragu, haruskah ia memerintahkan pasukan Majapahit untuk menyerang Kediri?
“Adhi Tumenggung Supa, daripada kita menyerang Kediri, rasanya lebih baik kita memperkuat barisan prajurit Majapahit, yakni dengan merekrut prajurit dalam jumlah besar guna menghadangi prajurit Kediri, jika sewaktu-waktu datang lagi menyerang Majapahit.” kata Prabu Brawijaya V lirih
“Kasinggihan, Gusti Prabu!” jawab Ki Tumenggung Supa.
Atas instruksi tersebut, Majapahit pun membuat tiga agenda besar untuk menghadapi serangan Prabu Girindrawardhana yang dikhawatirkan datang sewaktu-waktu, tiga agenda itu yakni :
1. Melakukan perekrutan prajurit baru
2. Mengadakan latihan perang secara intens
3. Lebih mengaktifkan lagi peran telik sandi Majapahit