
Mojokerto- Aksi protes yang disertai dengan sholat jenazah Atau sholat mayat, dengan menyimbulkan matinya keadilan oleh Driver Online Mojokerto (DOM) di halaman terminal Kertajaya menuai kritik oleh ulama.
Dalam aksi tersebut para mitra GoCar mengemukakan keberatannya atas pemotongan insentif yang dirasa terlalu besar. Oleh sebab itu, digelar prosesi sholat jenazah yang menjadi simbol kekecewaan.
Namun, prosesi sholat jenazah dianggap tidak tepat dalam konteks sebagai simbol dalam sebuah aksi yang tidak berada dalam ranah agama. KH Zahrul Azhar Asaad atau yang akrab dipanggil Gus Hans, mengungkapkan pendapat yang senada, jika tindakan itu bukanlah ekspresi yang perlu dilakukan.
“Menyampaikan ekspresi kekecewaan itu sah-sah saja, tetapi tidak harus membawa ranah hal yang sifatnya ibadah. Toh itu kan permasalah perselisihan paham yang belum tentu total benar dan atau total salah,”katanya.
Ia melanjutkan jika bentuk penyampaian gagasan dapat disampaikan dengan cara lain. “Sampaikan saja melalui demonstrasi yang lebih universal dan rasional sehingga tidak perlu membawa ranah agama.”
Menurutnya masyarakat perlu memperhatikan setiap tindakan yang membawa unsur agama. Karena menjadikan agama sebagai candaan adalah kebiasaan orang orang yang tidak beradab. (tim)