LenteraInspiratif.id | Mojokerto – Dewan Pengurus Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia GMNI Mojokerto serius dalam memerangi kekerasan terhadap perempuan dan anak (KPA). Salah satunya dengan menggelar Sekolah Advokasi, Pelatihan Paralegal dan Pemetaan Masalah, Sabtu (28/10/2023).
Acara yang berlangsung di Balai Diklat Kota Mojokerto ini berlangsung selama dua hari, mulai tanggal 28-29 Oktober 2023. Kegiatan ini mengusung tema Urgensi Pembelajaran Advokasi dan Konseling dalam Upaya Memecahkan Permasalahan Kesejahteraan Perempuan.
Ketua DPC GMNI Mojokerto Agung Nurdiansyah mengatakan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut pembentukan badan semi otonomo DPD GMNI Jatim bernama Sarinah Care Center. Hal itu sebagai respon maraknya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jawa Timur.
“Dalam rapat kerja Sarinah Care Center di Banyuwangi menghasilkan program kerja kegiatan sekolah advokasi ini dan kebetulan DPC GMNI Mojokerto menjadi tuan rumah,” ucapnya.
Dari kegiatan ini, lanjut Agung menjelaskan, DPC GMNI Mojokerto turut mendeklarasikan badan semi otonom miliknya bernama Markpa Center (Majapahit Anti Kekerasan Perempuan dan Anak). Markpa Center ini akan melayani pengaduan adanya kekerasan perempuan dan anak yang berfokus di wilayah pendidikan.
“Karena kita juga meresahkan maraknya kekerasan perempuan dan anak di wilayah Mojokerto,” tuturnya.
Agung melanjutkan, Markpa Center ini akan dibentuk di seluruh kampus di Mojokerto. DPC GMNI Mojokerto juga akan menggandeng organisasi internal kampus untuk mendirikan posko mengadakan posko pengaduan untuk memberantas kekerasan terhadap perempuan di wilayah kampus.
“Harapannya, berawal dari kegiatan ini bisa menjawab keresahan yang ada di Mojokerto yakni maraknya kekerasan terhadap perempuan dan anak,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Siti Aminah mengatakan, tujuan digelarnya Sekolah Advokasi ini untuk membekali para kader GMNI skill dan pengetahuan tentang hukum. Ia berharap setelah acara ini para peserta bisa mengamalkan ilmunya dan menghasilkan output yang diinginkan.
“Karena saya sepakat dengan apa yang disampaikan bung Karno bahwa ilmu dan amal adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan dan merupakan bagian satu sama lain. Dengan kata lain teori tanpa praktek adalah hal yang sia-sia,” tuturnya.
Perempuan yang juga menjabat sebagai Wakabid Advokasi Hukum Sarinah Care Center itu mengaku sengaja menggelar acara tepat di Hari Sumpah Pemuda. Sebab ia berkeinginan menarik benang merah sumpah palapa dengan sumpah pemuda untuk mewujudkan visi dan misi dari Sarinah Care Center.
“Dengan momentum sumpah pemuda, di bumi Majapahit inilah kita akan menciptakan sejarah tersebut,” pungkasnya.