Budaya

Gapura Bajang Ratu Sempat Dijadikan Sebagai Tempat Shooting Katakan Putus

×

Gapura Bajang Ratu Sempat Dijadikan Sebagai Tempat Shooting Katakan Putus

Sebarkan artikel ini

 
foto : gapura bajang ratu 
 
MOJOKERTO, Lentera Inspiratif.com 
Gapura Bajang Ratu merupakan Salah Satu Objek wisata budaya yang patut di kunjungi. Gapura tersebut   merupakan salah satu karya kerajaan majapahit, yang didirikan oleh Raden Wijaya, dan ia menjadi raja pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardana.
Nama Bajang Ratu ini berhubungan erat dengan Jayanegara. Bajang artinya kecil/kerdil/tidak jadi. Bajang Ratu didirikan pada abad 13-14 sekitar tahun 1340 M. Gapura Bajang Ratu ini terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Bangunan ini berbentuk segi empat dengan ukuran 11,5 x 10,5 meter, mempunyai tinggi yang berukuran 16,5 meter dan lebar lorong pintu masuk 1,40 meter. Gapura ini merupakan bangunan pintu gerbang tipe “Paduraksa” yaitu gapura yang memiliki atap dan bahan utamanya adalah bata. Kecuali lantai tangga serta ambang pintunya dibuat dari batu andesit.
Gapura ini biasanya digunakan sebagai upacara keagamaan, rekreasi, bahan penelitian, shooting, dan lain-lain. Harga tiket masuknyapun sangat terjangkau. Cukup dengan membayar Rp 3.000,00 saja kita sudah bisa menikmati indahnya pemandangan sekitar Gapura Bajang Ratu. Taman yang telah disulap menjadi sangat indah sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek foto. Bahkan di Gapura bajang Ratu ini juga sering dijadikan sebagai tempat prewedding bagi calon pengantin. Beberapa bulan yang lalu Gapura Bajang Ratu sempat dijadikan sebagai tempat shooting Katakan Putus Transtv dan pengambilan gambar oleh tim Opera Van Java Trans7. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gapura Bajang Ratu tiap bulannya mengalami peningkatan. Dan hari yang paling ramai dikunjungi adalah saat hari Sabtu dan Minggu.
Dibalik kesakralan Gapura Bajang Ratu ini, juga terdapat mitos yang sampai sekarang masih dipercaya oleh warga sekitar. “Jadi mitosnya, siapapun yang masuk ke dalam bangunan tersebut seharusnya langsung turun. Jangan sampai pada saat sampai ditengah-tengah kita kembali, karena apabila kita kembali segala harapan dan cita-cita kita tidak akan bisa terkabulkan.” Jelas pak Hadi selaku petugas Purbakala, Mojokerto.  (Talita)
Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *