Maluku UtaraPeristiwa

Dinkes Kota Ternate Gencar Lakukan Pencegahan Imunisasi Campak

×

Dinkes Kota Ternate Gencar Lakukan Pencegahan Imunisasi Campak

Sebarkan artikel ini
Dinkes Ternate,
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Ternate, dr.Wirda Albaar,

 

Lenterainspiratif.id | Ternate – Pemerintah Kota Ternate melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ternate, gencar cakupan imunisasi dasar untuk melindungi anak dari berbagai penyakit, seperti penyakit Campak yang dapat dicegah.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Ternate, dr.Wirda Albaar, mengatakan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak yang terjadi di Kota Ternate, dimana Kota Ternate sampai saat ini masih belum bisa mencabut SK KLB campak dikarenakan masih ditemukan kasus suspek campak sampai pada minggu keempat di bulan juli 2024.

“Kegiatan surveilans di Dinkes sudah dilakukan, baik oleh tim surveilans di puskesmas yang melakukan kegiatan PE (Penyelidikan Epidemiologi) suspek campak yang bersumber dari wilayah kerja Puskesmas Kalumpang dan Puskesmas Kota,” ujar dr. Wirda kepada awak media, Rabu (24/07/2024).

Selain itu juga, kata Kabid, Dinkes melalui puskesmas se-kota ternate, Posyandu dan disekolah dasar telah melakukan berbagai upaya pencegahan melalui sosialisasi tentang pentingnya imunisasi campak rubella, bahayanya penyakit campak dan kegiatan imunisasi yang rutin.

Hal itu kata dr. Wirda, sesuai dengan Perwali Nomor 14 tahun 2024 tentang Imunisasi Rutin pasti lengkap pada Bayi, Anak usia di bawah dua tahun, Anak usia di bawah lima tahun dan Anak usia sekolah dasar yang rutin di sosialisasikan secara masif ke lintas sektor terkait dan masyarakat.

“Sehingga diharapkan dengan adanya perwali Imunisasi ini mampu melibatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan imunisasi sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Dengan Imunisasi, anak menjadi sehat dan kuat,” katanya.

Kabid P2P menjelaskan, Campak merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus dari keluarga paramyxovirus. Penularan umumnya terjadi melalui percikan liur yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi saat ia bersin dan batuk. Siapa pun yang menghirup percikan liur tersebut akan tertular penyakit ini.

“Namun, penyakit ini bisa dicegah dengan mendapatkan imunisasi campak rubela yang diberikan pada usia 9 bulan, dilanjutkan dengan dosis booster saat usia 18 bulan, dan saat anak di sekolah dasar (usia 6-7 tahun),” jelas dr. Wirda.

“Virusnya sendiri bisa bertahan selama beberapa jam dan dengan mudah menempel pada benda-benda sekitar, dan jika seseorang menyentuh benda yang sudah terkontaminasi oleh virus campak, maka besar kemungkinan ia akan tertular,” sambungnya.

Kabid P2P menjelaskan, gejala awal infeksi campak biasanya berupa batuk berdahak, pilek, demam tinggi dan mata merah. Anak-anak memiliki bintik-bintik koplik (bintik-bintik merah kecil dengan pusat biru-putih) di dalam mulut sebelum ruam dimulai.

“Ruam itu kemudian akan muncul 3-5 hari setelah gejala awal dimulai. Urutan kemunculan bercak ini dari belakang telinga, sekitar kepala, kemudian ke leher. Pada akhirnya, ruam akan menyebar ke seluruh tubuh,” tuturnya. (TT).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *