Budaya

Pengrajin Patung Batu yang Terus Berusaha Survive di Tengah Menurunnya Peminat Patung Batu

×

Pengrajin Patung Batu yang Terus Berusaha Survive di Tengah Menurunnya Peminat Patung Batu

Sebarkan artikel ini
Hasil pengrajin patung di desa Watesumpak, Trowulan, Mojokerto

Pengrajin patung
Hasil pengrajin patung di desa Watesumpak, Trowulan, Mojokerto

Lenterainspiratif.id | Mojokerto – Dusun Jatisumber, Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Mojokerto menjadi satu-satunya tempat yang terkenal dengan pembuatan atau pengrajin patung batu.

Diketahui, patung batu adalah salah satu karya seni yang terdapat di Indonesia sejak era kerajaan zaman dulu. Salah satunya berpusat di Trowulan sehingga tidak heran jika banyak ditemui para pengrajin batu disana.

Patung Batu adalah benda yang terbuat dari batu yang telah dibentuk, biasanya dibentuk dengan ukiran, atau disusun untuk membentuk suatu bentuk tiga dimensi yang menarik secara visual.

Pengrajin patung batu Ribut Sumiyono, 62. Mengatakan awalnya mulai belajar dari tahun 1978, buka usaha sendiri tahun 1987 sebelumnya masih ikut orang lain, yang awalnya dari hobi menjadi profesi seperti sekarang.

Ribut Sumiyono mengungkapkan patung batu menggunakan batuan khusus “ memakai batu andesit atau batu gunung istilahnya lava stone, jadi tidak semua batu bisa di pakai. Batu candi juga batu ini”

Ribut Sumiyono menjelaskan alat yang di pakai masih menggunakan alat tradisional memakai pahat dengan ukuran dari kecil sampai besar, palu juga bervariasi dari kecil sampai besar karena mempunyai fungsi yang berbeda. sebagi dasaran menggunakan palu yang besar dan untuk finishing memakai palu dan pahat yang kecil.

Ribut Sumiyono mengungkapkan favorit konsumen adalah style klasik “yang banyak diminati konsumen style klasik termasuk Majapahitan, Ganesha, Siwa, Budha, Dewi sri dll”

Ribut Sumiyono menjelaskan waktu pembuatan patung batu tergantung ukuran dan kerumitan model yang akan di buat “waktunya tidak tentu, tergantung besar kecilnya dan tergantung tingkat kesulitannya jadi tidak bisa di tentukan. Kalau kesulitan mungkin karena sudah profesi kita tidak ada masalah cuma mungkin waktunya saja yang menambah”

Ribut Sumiyono mengatakan patung batu karyanya di ekspor dari dalam sampai luar negeri untuk lokalan biasanya kota-kota besar seperti Surabaya, Malang, Jogja, Jakarta dll. Kalau yang ekspor ke manca negara paling banyak ke eropa seperti Belanda, Berman, Amerika, Prancis dll.

Ribut Sumiyono menjelaskan rencana kedepannya untuk terus membuat kreasi baru dan desain-desain baru karena biar tidak monoton kita harus berinovasi

Harapan Ribut Sumiyono kepada pemerintah untuk membantu pemasaran patung batu “Semoga dari instansi yang terkait pemasaran bisa di bantu seperti via online, dan mungkin bisa konsultasi dengan seniman apa saja yang mungkin di perlukan“

Era 1990an menjadi masa keemasan para pengrajin patung batu karena sukses menjual pesanan mulai dari surabaya, bali, dan bahkan ke manca negera. Tapi sekarang peminat patung batu atau arca menurun drastis. Kurangnya perhatian dari pemerintah bisa menjadi salah satu alasan bagaimana turunnya peminat patung batu atau arca dari trowulan.

(DAV)