foto : ilustrasi
Jurnalis : Iksan Togol
Ternate, lenterakiri.com
Berangkat dan berawal dari pengalaman sejarah, bahwa bangsa Indonesia tidak terlepas dari persoalan hegemoni Negara-Negara Adikuasa. Misalnya, Amerika Serikat dan sekutunya dan China beserta pengikutnya.Mulai dari ideologi, sistem ekonomi, politik, social, budaya, pendidikan serta agama dan problem lainnya.
Untuk diketahui bersama, bahwa setelah melewati proses panjang dari perang dunia I, perang dunia II, dan kemudian muncul sebuah tatanan dunia baru paska perang dingin yang terjadi. Sehingga politik global semakin bersifat multipolar. Dan sepanjang sejarah ummat manusia hubungan antarperadaban tidak lagi nampak dengan jelas. Dan kemudian pada akhir 1980-an dunia komunis berada di ambang kehancuran, dan perang dingin menjadi landasan sebuah sejarah.
'Henry Kissiger memberikan catatan bahwa, Tatanan dunia internasional abad XXI meliputi enam kekuatan utama yakni : Amerika serikat, Eropa, China, Jepang, Rusia dan India. Dari situlah kita mampu memahami bagaimana pergolakan dunia internasional melakukan konsolidasi sekutu untuk menguasai sistem sebuah Negara. Sepertinya, dunia hari ini mengalami pergeseran kekuatan dari Blok Barat mewakili Amerika serikat dan sekutunya, sedangkan bergeser ke Negara Asia sebut saja China yang mewakili Timur. Dan bahkan sebuah peperanganpun berganti gaya, dari perang senjata ke perang tanpa senjata atau militer ke non militer (Asimetris). Dan perang tersebut sepertinya digeser ke asia tenggara, sehingga bisa dilihat dari kejadian seperti ISIS di Filipina yang ditunggangi kepentingan militer blok Barat, konflik Myanmar yang berjubah agama, pergolakan laut China selatan (Natuna).
Kita perlu menyadari sebagai bangsa yang berkembang bahwa perang asimetris inilah yang memiliki daya hancur yang luar biasa. Sebab, sasaran perang asimetris ini ada beberapa hal, pertama, membelokkan sistem sebuah negara sesuai dengan negara yang berkepentingan didalamnya. Kedua, melemahkan ideologi atau menghegemoni pemikiran rakyat, sehingga rakyat tidak menyadari mereka telah berpaling dari apa yang sudah diperjuangkan oleh pendiri bangsa Indonesia. Seperti, Aceh dahulu pada tahun 1976, Aceh menghendaki keluar dari Indonesia, gerakan tersebut dikenal dengan Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). Pulau Irian adalah pulau yang terbesar kedua (setelah Tanah Hijau) di dunia yang terletak di sebelah utara Australia. Dan kemudian juga muncul Organisasi Papua merdeka (OPM) yang menghendaki Papua keluar dari NKRI dan gerakan ini ditenggarai oleh kelompok yang berkepentingan secara Geopolitik dan Geoekonomi. Ditambah Riau, juga pernah ingin melepaskan diri dari NKRI yang juga tidak terlepas dari kepentingan politik global. Ketiga, menghancurkan ketahanan pangan dan energi sebuah Negara.
Untuk perang asimetris diantaranya mengubah kebijakan Negara sasaran dengan ciri non kekerasan. Yang jadi pertanyaan, kini bagaimana modus perang asimetris yang dilakukan oleh China. Dan sejak reformasinya China mengalami masa tranformasinya dan konfergensi ke arah kapitalisme yakni sistem Negara dengan laborasi ideologi sosialis komunis dan kapitalis. Dengan kata lain, artinya bahwa secara ekonomi china mempraktekkan sistem kapitalisme namun secara politis adalah berhaluan sosialisme komunis.
Oleh karena hal tersebut, sudah semestinya kita menyadari sebagai bangsa yang tidak terlepas dari hegemoni negara-negara Blok barat mewakili AS dan Timur mewakili China. Bahwa ternyata Indonesia memiliki sumber energi yang melimpah ruah. Dan jikalau kita hanya melihat apa yang terjadi dipermukan tanpa pembacaan secara geopolitik maka yakin dan percaya bangsa ini akan menjadi ladang tempur atau 'Proxy war."pungkasnya (san)
Editor : Didit Siswantoro