Mojokerto, LenteraInspiratif.id – Ribuan warga Kota Mojokerto bersama Pemkot, TNI, organisasi masyarakat, dan komunitas menggelar kerja bakti massal, Sabtu (27/9/2025) Aksi bersih-bersih ini untum memperingati World Clean Up Day (WCD) yang jatuh pada 20 September.
Kerja bakti yang dimulai pukul 06.30 WIB ini menyasar sejumlah titik strategis. Di antaranya sepanjang aliran Sungai Jalan Pemuda–Sawunggaling, Sungai Jalan Raya Blooto–Karangkedawang, serta kawasan Jalan KH Nawawi hingga Pasar Tanjung. Sejak pagi, para peserta tampak antusias membersihkan sampah yang menumpuk di area publik, sungai, hingga lingkungan sekitar pasar.
Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari atau yang akrab disapa Ning Ita, turun langsung mendampingi jalannya kegiatan. Ia menegaskan bahwa WCD bukan sekadar seremonial, melainkan aksi nyata yang dilaksanakan serentak di seluruh dunia.
“Di Kota Mojokerto, WCD berlangsung selama dua hari. Kemarin, Jumat (26/9/2025), sebanyak 1.000 ASN dikerahkan membersihkan lingkungan kantor pemerintahan. Hari ini, Sabtu (27/9/2025), sebanyak 2.400 orang yang terdiri dari ASN, TNI, ormas, hingga komunitas bersama-sama turun ke lapangan. Semua bergerak untuk menjadikan Kota Mojokerto lebih asri dan nyaman bagi warganya,” kata Ning Ita.
Yang menarik, aksi bersih-bersih tersebut juga dipantau langsung tim Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Tim tersebut telah berada di Mojokerto sejak dua hari terakhir untuk melihat secara langsung pengelolaan sampah di tingkat masyarakat.
“Saya bersyukur, tim Adipura memberikan apresiasi positif. Mereka menilai kepedulian masyarakat Mojokerto terhadap sampah masuk kategori baik dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia yang mereka kunjungi,” tambah Ning Ita.
Tak hanya itu, Ning Ita juga mengungkap capaian penting terkait penurunan timbunan sampah di Kota Mojokerto. Selama 1,5 tahun terakhir, Pemkot Mojokerto bekerja sama dengan Rekonsistem, sebuah organisasi yang ditunjuk Japanis Consortium di Indonesia, dalam memberikan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat. Hasilnya, jumlah timbunan sampah berhasil ditekan secara signifikan.
“Dari yang semula 90 ribu ton, kini turun menjadi 56 ribu ton, hampir 50 persen. Angka ini membuktikan sudah ada perubahan perilaku dan budaya masyarakat dalam mengelola sampah, mulai dari rumah tangga,” jelasnya.
Ning Ita menekankan bahwa keberhasilan pengelolaan sampah bukan soal anggaran atau luasnya tempat pembuangan akhir (TPA), melainkan kesadaran masyarakat sejak dari lingkup rumah tangga.
“Kalau perilaku ini terus dijaga, saya optimistis Mojokerto bisa menjadi kota yang bersih, sehat, dan nyaman untuk generasi mendatang,” pungkasnya. (Roe/adv)