lenterainspiratif.id | Mojokerto – Ratusan pesilat Persaudaraan Setia Hati Terate ( PSHT ) demo di Mapolsek Dawarblandong, Mojokerto. Massa meminta polisi segera menuntaskan kasus penganiayaan yang dialami tiga anggota mereka.
Massa pesilat mendatangi kantor Polsek Dawarblandong mengendarai sepeda motor sambil memakai berbagai atribut perguruan silat. Mereka berunjuk rasa di depan kantor polisi yang masuk wilayah hukum Polres Mojokerto Kota tersebut.
“Ini tadi aksi spontanitas warga PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) menanyakan penyidikan yang dilakukan Polsek Dawarblandong, terkait penganiayaan yang korbannya kebetulan warga PSHT,” kata Kapolres Mojokerto Kota AKBP Rofiq Ripto Himawan kepada wartawan di lokasi, Senin (22/11/2021).
Massa perguruan silat akhirnya membubarkan diri sekitar pukul 22.00 WIB. Itu setelah Rofiq menemui para pengunjuk rasa, dan menyampaikan proses hukum kasus penganiayaan tersebut terus berjalan. Massa kembali ke daerah masing-masing dengan berkonvoi menggunakan sepeda motor.
“Kami objektif melakukan penyidikan sesuai hukum acara yang berlaku. Langkah itu masih berjalan dalam rangka mengumpulkan alat bukti agar bisa memunculkan siapa yang harus bertanggung jawab. Saya pastikan proses hukum tetap berjalan, kami melakukan penyidikan secara proporsional dan profesional sesuai hukum yang berlaku,” terangnya.
Penganiayaan oleh orang tak dikenal tersebut, lanjut Rofiq, terjadi di Desa Cendoro, Kecamatan Dawarblandong sekitar tiga bulan yang lalu pukul 00.45-01.30 WIB. Tiga korban merupakan warga PSHT. Saat itu, salah seorang korban menderita luka parah sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.
“Saat ini kondisi korban sudah membaik,” terangnya.
Rofiq mengakui, pihaknya mengalami kesulitan mengungkap kasus penganiayaan tersebut. Karena tidak ada saksi di lokasi kejadian. Selain itu, penerangan jalan di TKP juga minim. Polsek Dawarblandong baru menerima laporan pada subuh.
“Kalau tidak sulit tidak mungkin dalam tiga bulan belum kami ungkap. Tapi bukan tidak bisa karena tidak ada satu pun kejahatan yang sempurna. Sudah banyak yang kami periksa. Kami juga optimalkan scientific crime investigation, menggunakan ilmu, teknologi, penggambar sketsa wajah. Semoga segera ada titik terang,” jelasnya.
Agar penganiayaan serupa tidak terulang, Rofiq mengimbau para pesilat tidak memakai atribut perguruan di luar kegiatan latihan.
“Karena itu selalu menjadi pemicu perselisihan. TKP yang terjadi itu juga sama karena menggunakan atribut di pinggir jalan sehingga memancing orang tidak dikenal, tidak ada permasalahan sebelumnya melakukan penganiayaan terhadap korban,” pungkasnya. ( Diy )