
Lenterainspiratif.id | Surabaya – Dua orang anggota sindikat pemalsuan pasta gigi bermerek akhirnya berhasil diringkus oleh Tim Anti Bandit Polsek Tenggilis Mejoyo.
Keduanya adalah, Mochamad Syarif (22), warga Kecamatan Tulangan, Sidoarjo dan Yudi alias Wae (41), warga Jalan Pacar Kembang, Surabaya. Mereka ditangkap di rumah kos di Jalan Kendangsari Gang VI, Surabaya.
Sementara itu pemodal berinisial JH saat ini masih diburu pihak kepolisian.
Kanitreskrim Polsek Tenggilis Mejoyo, Ipda Deddie Setiawan mengatakan, pelaku berhasil mengedarkan pasta gigi palsu dengan keuntungan puluhan juta tersebut sejak November 2021.
“Kalau untung bersih diperkirakan Rp15 juta. Sementara kalau dihitung semua ya kemungkinan bisa sampai puluhan juta,” kata Ipda Deddie Setiawan, Kamis (12/1/2022).
Deddie menyebut, awalnya ada laporan bahwa ada peredaran pasta gigi mencurigakan dari segi kemasan dan warna. Polisi pun akhirnya melakukan penyelidikan.
“Kami lantas melakukan penggerebekan terhadap dua tersanga serta menyita barang bukti yang ada di rumah itu,” kata Deddie.
Dalam penangkapan tersebut petugas mengamankan sejumlah barang bukti seperti dua karung tepung, beberapa botol cairan busa dan pemutih, satu botol cairan rasa mint, ratusan kemasan pasta gigi Pepsodent, serta lakban kuning berlogo Unilever.
“Ada juga barang bukti tambahan yakni alat suntikan yang dipergunakan mengisi bahan ke dalam kemasan serta alat pres atau pemanas untuk menutup kemasan bawah,” pungkas Deddie.
Dalam bisnis tersebut, Syarif merupakan anak buah JH (DPO) yang bertugas meracik bahan kimia menjadi bahan menyerupai pasta gigi yang beredar pada umumnya. Sementara Wae yang bertugas sebagai kurir pasta gigi itu.
Salah satu pelaku, Syarif mengaku sudah dua bulan itu bekerja kepada tersangka JH. Setiap kali produksi, ia menerima upah Rp250 ribu.
“Dua bulan lalu, saya dikenalkan oleh ayahnya ke JH. Itu teman ayah saya pak. Saya dikenalkan dan diberi kerjaan,” aku dia.
Sementara Wae mengaku awalnya tidak mengetahui jika pasta gigi yang ia edarkan palsu. Namun, beberapa pekan terakhir ia baru menyadari.
“Awalnya dulu saya tidak tahu kalau palsu. Tapi akhirnya tahu. Tapi ya bagaimana lagi,” aku Wae. ( fi)












