Lenterainspiratif.com | Mojokerto –
Gerakan Masyarakat Cerdas Memilih (GMCM) menyesalkan tindakan beberapa oknum yang melakukan aksi pengerusakan belasan potong banner berisi seruan moral, pada Senin (16/11/2020) malam.
Seruan moral yang mengajak masyarakat untuk memilih pemimpin agar tak asal memilih, sehingga tak mengulangi sejarah yang sama yakni berada di dalam jeruji besi akibat terjerat kasus korupsi.
Aksi vandalisme oknum tidak bertanggung jawab tersebut dilakukan serentak di wilayah Kecamatan Jatirejo, Gondang, Dlanggu, Jatorejo dan Pacet.
Aksi ini sempat direkam oleh sejumlah warga setempat. Namun mereka tak kuasa melawan karena pengerusakan dilakukan dengan menggunakan senjata tajam.
Tak hanya merusak, sejumlah aktivis menjadi korban intimidasi dari oknum masyarakat yang diduga bagian dari tim pemenangan salah satu paslon bupati.
Sekedar diketahui, banner-banner tersebut bertulis “Anda menerima politik uang maka masa depan Anda tergadaikan, Akankah nasib rakyat harus ditukar dengan segenggam beras dan selembar uang, rakyat adalah urusan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan, bukan melulu urusan pasir, batu, gragal dan aspal untuk jalanan, memberi ruang pada pemimpin korup = melanggengkan keserakahan dan kerakusan.
Koordinator GMCM Wiwit Haryono, menyampaikan sejumlah kekecewaannya dalam kejadian ini. “Banner kami dirusak pada Senin malam. Pengerusakannya pakai sajam dan diambil. Di Trowulan, aktivis Iwan diintiminasi,” keluh Wiwit yang biasa dipanggil Sarko.
Ia mengaku heran dengan aksi ini.
“Banner kami berisi himbauan agar memilih pemimpin yang baik, yang tidak ada catatan hukum. Terus terang kami prihatin dengan tiga kali pemimpin Mojokerto semuanya berakhir di penjara, ” tandasnya.
Ia menambahkan, pihaknya merasa malu dengan track record pemimpinnya.” Karenanya kami memberikan pemaparan dan pemahaman agar masyarakat sadar dalam memilih pemimpin.
Ini adalah gerakan moral dan legal,” urainya.
Katanya, bagi mereka yang menghalangi gerakan ini maka ada hukuman menanti yakni pidana satu tahun.
Iwan, salah satu korban Intimidasi oknum tersebut mengungkapkan, dirinya menjadi korban persekusi belasan oknum yang mengeruduk rumahnya. “Mereka datang dan meminta saya menarik banner-banner tersebut karena dianggap kampanye hitam. Mereka kami curigai mereka utusan dari salah satu paslon karena ada yang beratribut paslon,” klaimnya.
Iwan menegaskan bahwa misinya tersebut bukan terafiliasi dengan salah satu paslon. “Misi kami netral karena kami tidak mengusung atau mengarahkan kepada salah satu paslon,” katanya.
Untuk menjaga tidak adanya money politik dalam pilkada mendatang komunikasi ini akan berkoordinasi dengan Bawaslu. Tujuannya untuk memastikan pilkada serentak 9 Desember mendatang berjalan tanpa politik uang. (Roe)