DaerahSejarah

Legenda Watu Blorok Mojokerto, Kisah Roro Wilis dan Joko Welas yang Dikutuk Jadi Batu

×

Legenda Watu Blorok Mojokerto, Kisah Roro Wilis dan Joko Welas yang Dikutuk Jadi Batu

Sebarkan artikel ini
Legenda watu blorok, Roro wilis, Joko welas
Watu Blorok di Desa Kupang, Kecamatan Jetis, Mojokerto

Lenterainspiratif.id | Mojokerto – Bagi warga Mojokerto yang bermukim di wilayah utara sungai mungkin tidak asing dengan nama dan istilah Watu Blorok.

Sebutan Watu Blorok ini dialamatkan pada Batu besar yang terletak di pinggir jalan raya Mojokerto-Gresik, tepatnya di Dusun Pasinan, Desa Kupang, Kecamatan Jetis ini memendam legenda kutukan dari kesatria zaman Majapahit.

Dalam Bahasa Jawa, watu berarti batu. Sedangkan Blorok merupakan kata sifat untuk menggambarkan ayam betina yang bulunya berbintik hitam putih.

Warga Dusun Pasinan, Musawamah (42) mengatakan, disebut Watu Blorok karena permukaan batu tersebut tidak rata dan sarat benjolan kecil-kecil.

“Di batu besar itu, ada seperti bintik-bintik nya, hutan disini itu dikenal dengan sebutan alas Watu Blorok,” katanya, Sabtu, (25/11/2023).

Di tempat ini terdapat dua batu disebrang jalan kanan kiri yang posisinya saling berhadap-hadapan. Kedua batu tersebut dipisahkan jalan raya.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Watu Blorok merupakan jelmaan Roro Wilis. Sedangkan batu di seberangnya adalah sosok Joko Welas yang merupakan kakak beradik.

“Mereka dikutuk menjadi batu karena nekat masuk ke hutan terlarang. Dulunya Alas Watu Blorok ini hutan terlarang,” ujar Musawamah.

Mengutip catatan Facebook pemerhati sejarah Mojokerto, Iwan Abdillah, dikisahkan pada masa itu ada seorang kesatria abdi kerajaan bernama Wiro Bastam. Wiro ditugaskan raja untuk berburu karena permaisuri mengidam ingin memakan hati kijang kencana.

Kijang tersebut konon hanya ada di Hutan Mojoroto yang sekarang disebut hutan Watu Blorok. Namun, perburuan yang dilakukan Wiro gagal. Kijang kencana kabur dengan tombak Wiro masih menancap di tubuhnya.

Anak Wiro Bastam yang laki-laki bernama Joko Welas dan perempuan bernama Roro Wilis kemudian mencoba membantu ayahnya mencari jejak kijang kencana yang terkena tombak.

Dalam perjalanan ke Hutan Mojoroto, lanjut Iwan, Joko Welas berduel dengan para pertapa di sebuah sendang karena terjadi salah paham di antara mereka. Menurut dia, sendang tersebut diyakini berada di Desa Jolotundo, Kecamatan Jetis.

Sedangkan adiknya, Roro Wilis tercebur ke sumur beracun di hutan Bendo, Jolotundo gara-gara dijebak seorang nenek tua.

Kulit sekujur tubuh Roro Wilis menjadi berbintik-bintik hitam putih (blorok) karena tercebur ke sumur beracun itu. Saat adik kakak ini bertemu, Joko Welas tidak percaya perempuan itu adik kandungnya.

Beberapa waktu kemudian Wiro Bastam menghampiri mereka. Melihat kedua anaknya saling berdebat, dia menanyakan apa yang sedang terjadi.

Dua-duanya malah diam seribu bahasa. Wiro Bastam marah sambil mengutuk kedua anaknya tersebut menjadi batu. (Met)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *