Lenterainspiratif.id | Ternate – Dewan Pimpinan Kota Suluh Perempuan Indonesia (DPK-SPI) Ternate telah melaksanakan Konferensi Kota (Konferkot) Suluh Perempuan Ke-I, dengan tema, “Menuju Era Baru Perempuan Dengan Proses Politik Anti Oligarki”, bertempat di Aula Asrama Haji Kota Ternate, Kelurahan Ngade, Kota Ternate Selatan. Minggu (28/11/2021).
Hadir saat konferensi, Perwakilan Pemegang Mandat Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA), Andhika Syahputra sekaligus membuka kegiatan secara resmi, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) SPI Malut, Nitha Djengel, Ketua DPK SPI Ternate, Erlly Dwi Yulanda Salatu, Perwakilan Serikat Pekerja Nasional (SPN) Kota Ternate, OKP-OKP Se-Kota Ternate, serta seluruh anggota SPI Kota Ternate.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) SPI Malut, Nitha Djengel, dalam sambutannya menyampaikan bahwa dari kesempatan ini, ada historis-historis yang di lihat dari belakangan, yang kemudian menjadi salah satu penghormatan di setiap generasi perempuan yang ada di kesempatan saat ini.
Perlu di ketahui, kata Nita, bahwa Suluh perempuan adalah organisasi yang berbentuk massa, dengan berazkan Pancasila.
“Dengan begitu saya ingin menyampaikan bahwa perjuangan perempuan hari ini harus sama-sama di pelopori oleh kaum perempuan dan juga kaum lelaki itu sendiri, agar supaya melawan neoliberalisme dan inperialisme atau pun juga cita-cita untuk kesejahteraan sosial bisa dapat terwujud dengan baik,” ucapnya.
Ketua DPK SPI Ternate, Erlly Dwi Yulanda Salatu, saat di temui awak media, pihaknya meminta bahwa Suluh Perempuan Indonesia, dapat kembali menggalak kekuatan rakyat perempuan Indonesia untuk bersama-sama memperjuangkan persoalan kaum perempuan yang masih di imarjinalisasi, di eksploitasi, dan di subkordinasi.
“Maka dengan itu di kesempatan Konferensi Suluh perempuan yang pertama kali ini, dengan tema, ‘Menuju era baru perempuan dengan poros politik anti Oligarki’, dari poros oligarki yang di maksud itu kawan-kawan Suluh perempuan itu sendiri,” ucapnya.
Di mana, menurut Dwi sapaan akra Erlly, kita melihat bahwa perempuan di Indonesia itu masih saja di domestifitas, perempuan masih saja terlibat dalam rana-rana domestik.
“Maka dengan tema yang di gagas ini, menjadi salah satu konsep yang di tawarkan untuk kita semua gerakan perempuan, bahwa kita tidak terlibat di dalam Rana domestik, tetapi kita mampu dan harus mengambil kesempatan pada ruang lingkup ekonomi, ruang lingkup politik ruang lingkup pendidikan dan juga ruang lingkup kesehatan,” sebutnya.
Maka kata Kekot, bisa mengakhiri ketertindasan terhadap kaum perempuan adalah dengan merubah kaum perempuan itu sendiri dengan hari ini kita semua teriak melawan kapitalisme, melawan patriarki tetapi kita tidak mampu merubah perempuan itu sendiri, maka pihaknya, merasa perjuang masih di anggap lemah.
“Maka dari konferensi Suluh perempuan kota Ternate yang pertama ini, kami mengharapkan agar supaya silaturahmi gerakan perempuan kota ternate khususnya, ini adalah salah satu konsolidasi gerakan perempuan berbasis masa, artinya kita tidak hanya mengkonsolidasi perempuan di tingkat mahasiswa tetapi kita mampu mengajak seluruh perempuan di mana saja, seperti perempuan buruh pabrik, perempuan pertanian dan sebagianya, dan ini adalah bentuk salah satu gerakan kolektiv yang revolusioner,” ujarnya. (Toks).