BudayaWisata

Wisata Sejarah Pendopo Agung Tempat Persaksian Sumpah Palapa Dan Petilasan Pendiri Majapahit

Wisata Sejarah Pendopo Agung Tempat Persaksian Sumpah Palapa Dan Petilasan Pendiri Majapahit
pendopo agung trowulan
Wisata Sejarah Pendopo Agung Tempat Persaksian Sumpah Palapa Dan Petilasan Pendiri Majapahit
pendopo agung trowulan

lenterainspiratif.id | Mojokerto – Ingin berwisata sejarah maka tepat jika menilik peninggalan kerajaan Majapahit yang ada di Trowulan, maka Pendopo Agung bisa masuk dalam daftar referensi. Terletak di Dusun Nglinguk, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Di area pendopo tersebut, terdapat beberapa benda dan bangunan penting yang sangat berarti untuk mengenang masa kerajaan Majapahit. Di depan halaman Pendopo Agung tersebut, akan nampak patung Mahapatih Gadja Mada dan Patung Raja Brawijaya. Sedangkan Di belakang pendopo, akan terlihat relief yang dipahat di dinding yang menceritakan sejarah Kerajaan Majapahit.

Di belakang Pendopo Agung pula, ada yang namanya Patok Gadjah, yang konon katanya adalah tempat Patih Gadjah Mada menancapkan benda pusaka sebagai pengiring Sumpah Palapa-nya kala itu. Berjalan ke belakang lagi, maka akan ditemui sebuah bangunan joglo yang dipisahkan oleh tembok dari area Pendopo Agung Trowulan, tempat ini biasa dikenal dengan sebutan Makam Panggung. Yakni petilasan dari pendiri Kerajaan Majapahit yaitu Raden Wijaya.

Untuk Pendopo Agung sendiri, konon menurut cerita, dulunya adalah tempat dimana Mahapatih Gadjah Mada mengucapkan Sumpa Palapa. “Gadjah Mada dulu mengucapkan Sumpah Palapa itu dua kali. Yang pertama adalah di belakang pendopo, tepatnya di Makam Panggung, sekaligus untuk pembuatan naskahnya.

Nah, yang kedua adalah di Pendopo inilah Sumpah Palapa diucapkan, di muka umum dan disaksikan raja ketiga majapahit, Tribuana Tungga Dewi,” cerita Muslimin, selaku juru pelihara di Pedopo Agung tersebut.

Pendopo ini ditemukan pada tahun 1958, namun kala itu masih berbentuk umpak-umpak. Dan mulai dibangun atau direnovasi menyerupai pendopo, pertama kali pada tahun 1964 sampai tahun 1973. “Di sini seluruhnya berjumlah 16 umpak. Namun yang masih asli dari dahulu dan belum berubah dari tempat pertama kali ditemukan, cuma ada 4. Saat ini keempat umpak itu dibuat untuk soko guru yang besar-besar itu. Yang lainnya ini dulunya berserakan, namun ditata ulang lagi. Berdasarkan pondasi-pondasi (umpak) yang ditemukan itulah, tempat ini akhirnya dibangun sebagai pendopo,” ungkap Muslimin.

Wisata Sejarah Pendopo Agung Tempat Persaksian Sumpah Palapa Dan Petilasan Pendiri Majapahit

Untuk saat ini, fungsi dari Pendopo Agung ini digunakan untuk acara rutin Sarahsean Kodam 5 Brawijaya, setiap bulan 12. Selain itu juga untuk pagelaran kesenian budaya Jawa, seperti Grebek Suro. Disamping itu, pendopo ini sekarang juga sebagai tempat wisata.
Pendopo Agung ini buka selama 24 jam penuh dan tidak pernah libur atau tutup. Dan untuk tiket masuknya pun cukup murah, yakni hanya Rp. 3.000,00 saja.

Terkait seberapa banyaknya pengunjung, menurut Muslimin setiap harinya tidak tentu. Namun biasanya paling ramai pada saat tanggal merah. “Pengunjung rata-rata dalam satu hari paling sepi itu sekitar 20 orang. Tapi kalau ramai ya sampai tidak bisa menghitung mas,” jelasnya.

Para pengunjung dari Pendopo Agung ini pun tujuannya bermacam-macam. Ada yang sekedar main-main, study tour dari sekolah, untuk mengenal pendopo dan ada pula yang melakukan datang untuk melakukan ritual. “Turis juga sering kesini mas. Seperti dari Swedia, Kuwait dan yang paling sering itu dari Malaysia,” imbuhnya.

Untuk menarik pengunjung lebih banyak lagi, rencananya di sekitar pendopo itu akan diberi bangunan, berupa kandang Rusa. Selain itu, nanti rencananya di Pendopo tersebut juga akan diberi wahana mainan anak-anak, seperti kereta kelinci dan lain-lain. “Yah, supaya menghilangkan kesan angker gitu, Mas. Jadi, nantinya diharapkan anak-anak suka main kesini” tutup Muslimin.

Muslimin sendiri sudah bertugas sebagai penjaga atau juru pelihara Pendopo Agung di Trowulan selama 19 tahun, yakni sejak tahun 1999. Menurutnya, waktu dia pertama kali bekerja di tempat itu, kala itu pendopo masih belum diambil alih oleh Kodam dan masih dipegang Yayasan Bina Trowulan. Dan mulai diambil alih oleh Kodam pada tahun 2003. ( ainul yaqin )

Exit mobile version