
Lenterainspiratif.id | Sidoarjo – Rasa cemas terus menghantui warga Sidoarjo yang tinggal di bawah tanggul lumpur Lapindo. Tanggul tersebut berada di titik 67 Desa Gempolsari , Kecamatan Tanggulangin, ada ratusan jiwa di enam RT yang hingga kini masih bermukim di bawah tanggul, jarak tanggul dan pemukiman warga pun juga hanya berjarak 50 meter saja.
Keresahan warga semakin meningkat kala petugas Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS), menutupi tanggul permukaan tanggul dengan terpal.
Khoirul Anam (59), Ketua RT 11 Desa Gempolsari mengatakan, tanggul itu ditutup terpal oleh petugas PPLS sejak dua bulan yang lalu. Sebab sering turun hujan bahkan dengan intensitas tinggi.
“Sampai saat ini tidak ada pemberitahuan dari pihak PPLS, kenapa tanggul tersebut ditutup terpal. Namun warga memprediksi tanggul itu mudah tergerus air hujan, melihat kondisi semacam itu rata-rata warga tidak bisa tidur nyeyak setiap malamnya,” kata Khoirul, Rabu (10/3/2021).
Khoirul juga mengungkapkan keresahan warga, karena kondisi pond saat ini penuh dengan air dan dikhawatirkan dapat membuat tanggul ambles, terlebih lagi peristiwa tanggu lumpur Lapindo ambles sudah pernah terjadi pada Oktober 2018 dan November 2020.
“Melihat kondisi tanggul labil, kami berharap ke pihak PPLS untuk membuat tanggul yang lebih permanen dan kokoh,” tambah Khoirul.
Menurutnya, banyak permasalahan yang setiap hari dirasakan oleh warga Desa Gempolsari. Warga juga kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Saat ini sumur-sumur warga airnya sudah tidak bisa dipakai lantaran berwarna kuning, serta rasanya asin.
“Air sumur di desa ini sudah tidak layak dipakai apapun. Baik cuci pakaian apalagi untuk kebutuhan memasak. Hingga beberapa tahun ini warga untuk mendapatkan air bersih harus beli,” jelas Khoirul.
Hal serupa juga disampaikan oleh Iftahul (42), warga Desa Gempolsari RT 11. Ia trauma setelah melihat kondisi lumpur Lapindo dari atas takut, hal membuatnya tak pernah lagi naik ke atas tanggul.
“Sekarang saya jarang naik tanggul, karena selesai melihat tanggul susah tidur. Membayangkan, kalau tanggul penahan lumpur itu jebol, kemudian bagaimana nasib warga yang berada di bawah tanggul ini,” kata Iftahul.
Tak sampai disitu, Iftahul juga mengatakan sejak adanya tanggul di Desa Gempolsari, rumah warga jadi banyak yang rusak dengan tembok retak-retak, pada saat musim hujan desa juga selalu kebanjiran.
“Ya saya hanya bisa berdoa bahwa peristiwa tersebut jangan sampai terjadi,” pungkas Iftahul. ( fi)