Mojokerto – Menjelang musim penghujan walikota mojokerto ika puspita sari atau neng ita beberapa waktu lalu pastikan seluruh aliran air dan fungsi pompa air berjalan dengan baik, termasuk mengunjungi titik titik rawan banjir hingga ke perbatasan kota jum’at (15/11).
Namun ada beberapa hal yang perlu di cermati dengan baik yakni ketika Pemkot Mojokerto menggelontor anggaran proteksi dini banjir hingga puluhan miliaran rupiah, dipenghujung tahun 2019 ini. Tak di dukung dengan kondisi Kali Sadar yang di penuhi tanaman rawa kangkung dan enceng gondok yang berpotensi menggangu lajunya aliran air saat hujan tiba.
Sewaktu – waktu luapan sungai ini bisa menenggelamkan pemukiman di sekitar sungai di dua wilayah, yakni wilayah Kecamatan Magersari dan Kranggan.
Kali dibawah kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas tersebut hingga jelang musim penghujan ini masih disesaki ratusan ton tanaman liar.
Tanaman air jenis enceng gondok, kangkung dan teratai ini diprediksi bakal jadi penyumbat aliran air sungai tersebut. Jika demikian, maka banjir kiriman yang datang hampir tiap tahun akan kembali dengan senang hati merendam Lingkungan Kuti, Keboan, dan Kelurahan Gunung Gedangan.
Dari penelusuran wartawan di lokasi, tanaman liar tersebut tumbuh memenuhi permukaan air mulai dari Lingkungan Tropodo sampai Kelurahan Gunung Gedangan yang menjadi tapal batas Kota dengan Kabupaten Mojokerto. Ironisnya, tanaman tersebut tumbuh subur hanya di wilayah Kota Mojokerto saja disepanjang kurang lebih 3 km mulai dari jembatan Tropodo – Gunung Gedangan. “Begitu masuk wilayah Kabupaten Mojokerto, enceng gondok dan sejenisnya tidak tampak lagi. Ini kan aneh, saya sendiri aja sampek heran,” ujar salah satu warga Kelurahan Meri, Jumat ( 22/11).
Tumbuhan enceng gondok yang lazim disebut bengok ini tak hanya memadati kali Sadar. Namun juga sebuah saluran irigasi di tapal batas Kabupaten Mojokerto.
Saluran air berukuran 3 meter yang menuju Kali Sadar juga dijejali bengok. Tragisnya, sejumlah ujung pipa penyedot di rumah pompa yang baru selesai dibangun tersebut sarat dengan bengok.
Keberadaan bengok-bengok liar di sungai Sadar menggugah empati DPRD setempat. Anggota Komisi II DPRD Kota Mojokerto Mochamad Harun mengaku kaget dengan maraknya bengok liar ini. “Loh masak, itu masih ada ya atau sudah dibersihkan semua. Nanti akan kami cari tahu ya dilokasi ya untuk memastikannya,” katanya.
Politisi Gerindra tersebut mengungkapkan jika keberadaan bengok tersebut terbukti maka pihaknya akan mendesak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) agar mengambil tindakan. “Kalau masih banyak maka kami akan minta DPUPR mendesak BBWS. Sebab itu bukan menjadi kewenangan Pemkot,” janjinya.
Dikonfirmasi lewat handphone, Kepala DPUPR Kota Mojokerto Mashud mengatakan pihaknya akan koordinasi dengan BBWS karena tidak punya kewenangan. “Terkait kebersihan kali Sadar kita sifatnya koordinasi dengan BBWS yang punya kewenangan,” katanya.
Ia juga menuturkan bahwa upaya tersebut telah berhasil. “Contoh Jum’at kemarin kita gotong royong bersihkan kali sadar bersama TNI, Polri, dll. Kita juga koordinasi soal apakah jadi ancaman atau sebesar apa ancaman banjir… pean tanyakan ke BBWS yang punya kewenangan,” pungkasnya. (roe)