PW tidak pernah secara langsung mengungkapkan telah menjadi korban pemerkosaan, tetapi perubahan sikap, ekspresi wajah yang penuh kecemasan, serta kegelisahannya selama proses hukum menjadi tanda-tanda yang kini dianggap sebagai bentuk trauma.
Fahmi mengaku sempat meminta pihak kepolisian, khususnya Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA), untuk memberikan perhatian lebih kepada kliennya. Ia menduga sejak awal bahwa ada sesuatu yang tidak beres, meskipun belum memiliki cukup bukti untuk melaporkannya saat itu.
Saat ini, penyidikan terhadap Aiptu LC sedang berlangsung di bawah Bidang Propam Polda Jawa Timur. Ia dituduh telah melakukan pemerkosaan terhadap PW saat korban berada dalam sel tahanan. Dugaan sementara, tindakan itu bukan hanya terjadi sekali. Ada kemungkinan kejadian itu berulang selama masa tahanan PW.
“Kami sangat berharap aparat tidak main-main dalam kasus ini. Pelaku harus diproses seadil-adilnya. Tidak hanya sekadar sanksi etik, tapi juga pidana jika terbukti bersalah,” tegas Fahmi.
