Jawa TimurWisata

Air Petirtaan Jolotundo Dipercaya Bisa Membuat Awet Muda

×

Air Petirtaan Jolotundo Dipercaya Bisa Membuat Awet Muda

Sebarkan artikel ini
Petirtaan Jolotundo Dipercaya Bisa Membuat Awet Muda
Petirtaan Jolotundo

Petirtaan Jolotundo Dipercaya Bisa Membuat Awet Muda
Petirtaan Jolotundo

lenterainspiratif.id | Mojokerto – Mojokerto banyak tempat peninggalan kerajaan Majapahit . Letaknya tersembunyi di lereng Gunung Penanggungan tepatnya di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Situs Petirtaan Jolotundo begitulah masyarakat menyebutnya, konon mata air di jolotundo inilah airnya dipercaya bisa membuat awet muda.

Jalur ke petirtaan Jolotundo cukup mudah kalau dimulai dari Pabrik Gula Krembung. Lokasinya dekat dari pabrik gula itu. Dari pabrik tersebut lurus ke arah selatan. Sampai di pertigaan Jasem belok kanan kemudian sekitar satu kilometer belok kiri.

Nah, pengunjung bisa mengikuti jalan besar yang ke arah Trawas. Ada petunjuk untuk sampai ke pertirtaan Jolotundo. Jika kesulitan bisa bertanya ke penduduk atau bisa juga memakai Google Map.

Zaman sudah canggih, tidak ada yang sulit, bukan? Jalannya sudah mulus semua jalan sudah dicor sehingga tidak ada lubangnya seperti jalan yang diaspal akan mudah rusak. Akses jalan diperbaiki memang untuk menggenjot wisata di Mojokerto.

Dengan akses jalan yang baik perasaan nyaman ketika memasuki Mojokerto. Ketika menapak jalan masuk menuju lokasi, pengunjung akan disambut rimbunnya pohon hutan belantara.
Bedanya, pepohonan dirawat dengan baik sehingga tidak menyeramkan. Jalan yang dilalui menanjak dan orang harus berhati-hati agar tidak tergelincir.

Maklumlah lereng gunung dan tempatnya juga di atas. Di sepanjang jalan masuk, warung berjejer menjual aneka makanan dan minuman yang hangat karena memang suhu sangat dingin dengan adanya hutan yang sangat rimbun. Kopi sudah pasti tersaji di setiap warung untuk menghangatkan tubuh. Jagung bakar juga banyak dijual karena memang sangat cocok dengan suasananya.

Pengunjung berusia muda banyak yang menikmati suasana itu, sesaat sebelum Covid-19 merebak.Jangan kaget ketika sampai di petirtaan ada bau dupa. Dupa dibakar di sekitar petirtaan. Ada juga beberapa orang yang sedang berdoa. Kawasan itu memang menjadi tempat religi umat Hindu.

Jadi, sebaiknya tidak terlalu berisik ketika menikmati petirtaan. Suasana alam yang tenang juga membuat pengunjung enggan membuat suara ribut. Lokasi yang berada di lereng atas membuat perjalanan menjadi cukup melelahkan. Jika ingin beristirahat, ada beberapa gazebo.

Itu saatnya meluruskan kaki dan membuka bekal. Jangan lupa, bersihkan kembali dan bawa turun sampah.Pengunjung datang setiap saat. Tengah malam pun ada yang datang.

menurut Adityo Sebagai warga atau penjaga tempat situ, Ada mitos menarik di sana, siapa yang ingin awet muda dan cantik/tampan, silakan mandi di petirtaan Jolotundo .

Ada dua bilik untuk mandi yang disertai dengan pancuran. Jadi pengunjung laki-laki dan perempuan terpisah jika ingin mandi. Sungguh luar biasa desain yang dibuat oleh Raja Udayana pada 997 Masehi yang merupakan persembahan untuk kelahiran putranya, yaitu Airlangga, Tuturnya.

Ia sangat memperhatikan norma sosial. Kisah itu dapat dilihat dari reliefnya yang menggambarkan kisah sosial budaya (pitutur) yang mengandung filosofi kehidupan sangat tinggi maknanya.Air yang dibuat mandi mengalir ke kolam yang cukup luas.

Meskipun dibuat mandi, airnya tetap jernih karena waktu mandi tidak diperkenankan membawa peralatan mandi yang biasa dipakai di rumah seperti sabun, pasta gigi, dan sampo karena akan mencemari air.

Saat mandi pun pengunjung masih mengenakan baju. Di kolam terdapat ikan yang besar-besar. Tidak ada yang berani untuk menangkap ataupun memancing ikan yang ada di situ. Jadi ikannya tetap utuh bahkan bertambah banyak.

Menurut Ahmad Khoirul sebagai pengunjung situ dari Surabaya.Mata air yang tersaji di petirtaan sangat jernih. Airnya jernih tentunya karena beberapa hal salah satunya faktor alam, letak geografisnya di kaki gunung yang bebas dari aktivitas penduduk ataupun industry.

kemudian ditunjang dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga membuat air tidak pernah habis dan tidak pernah surut sepanjang masa, Tuturnya.

Air itu mengalir ke pemukiman penduduk melalui aliran sungai bawah tanah. Jadi selain bernilai religius juga bermakna sosial dan ekonomi karena kawasan itu menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar yang berjualan dan bekerja di petirtaan Jolotundo. ( ainul yaqin)