BudayaDaerah

Penemuan Mahkota di Blitar, Diperkirakan Buatan Trowulan

×

Penemuan Mahkota di Blitar, Diperkirakan Buatan Trowulan

Sebarkan artikel ini
foto : mahkota raja diperkirakan buatan trowulan

foto : mahkota raja diperkirakan buatan trowulan

lenterainspiratif.com | Blitar – penemuan mahkota raja di blitar di dalam sungai di bagian cekungan sungai diperkirakan bukanlah termasuk benda cagar budaya, pasalnya Jika dilihat dari kondisi fisik mahkota yang utuh dan tidak korosi, diperkirakan mahkota itu sengaja dipendam separuh dengan sedikit memunculkan ke permukaan.

Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Nugroho Harjo Lukito Jumat (17/4/2020) mengatakan, berdasarkan hasil analisanya bahwa mahkota itu buatan baru.

“Dari lokasi temuan, mahkota ditemukan di bagian cekungan sungai yang airnya relatif tenang, sehingga secara logis tidak sampai hanyut ketika terdapat arus deras ” kata Nugroho

Sementara dari kondisi fisik mahkota yang utuh dan tidak korosi, diperkirakan baru terpendam hanya kisaran tak sampai satu bulan, dari letaknya terdapat unsur kesengajaan agar mahkota mudah ditemukan.

“Hasil identifikasi lokasi dan melihat kondisi mahkota, mungkin baru dipendam. Kira-kira barang itu dipendam di situ tidak sampai satu bulan. Karena kalau logam terendam air dalam jangka waktu lama, maka tanah yang berada di bagian dalam mahkota akan mengeras dan sangat sulit dibersihkan. Lalu pasti ada cacat di fisik mahkota, ada korosi dan tidak utuh,” imbuhnya.

Sedangkan jika dilihat dari kondisi fisik mahkota, terlihat ada upaya supaya benda itu terkesan kuno. Di bagian dalam diketahui, mahkota itu berbahan kuningan. Ini bisa dilihat dari proses pembuatan yang tidak merata. Selain itu, ada jejak penggunaan gerinda. Ada balur-balur yang tajam dan tidak halus dan berputar. Bagian ini membuat sakit kulit kepala ketika dikenakan. Jadi tidak mungkin dipakai orang.

“Juga ada bekas yang dilas tapi kasar di bagian tempelan. Ada penyambungan bagian mahkota memakai las dan dirapikan memakai gerinda. Kemudian lubang-lubang bekas paku untuk mengaitkan dalam proses pembuatan. Dan ada satu paku yang masih tertancap di ujung atas mahkota. Ini yang menandakan buatan baru. Karena zaman kerajaan belum mengenal paku,” imbuhnya.

Benda seperti itu, lanjutnya, banyak diproduksi di Trowulan, Mojokerto dan Peterongan, Jombang. Barang itu diproduksi berdasarkan pesanan orang, kemudian dijual kembali dengan harga tinggi.

“Kalau duplikasi, kami belum pernah menemukan mahkota cagar budaya ya. Tapi secara keilmuan, zaman kerajaan itu mahkota terbuat dari emas. Karena ringan, tipis, mudah dibentuk dan nyaman dipakai di kepala,” pungkasnya. (ji)