HukumKriminalPeristiwa

Pelajar SMP Negeri 2 Ngoro, Dikeroyok Kakak Kelas

×

Pelajar SMP Negeri 2 Ngoro, Dikeroyok Kakak Kelas

Sebarkan artikel ini

foto : korban saat didampingi ibunya
Jurnalis : Didit Siswantoro
Jombang, Lentera Inspiratif.com
Aksi kekerasan menimpa seorang pelajar salah satu SMP Negeri di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur,  Tanpa sebab yang jelas, pelajar yang berinisial MRM (13), warga Dusun Sukotirto, Desa Badang, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, tersebut tiba-tiba saja dikeroyok beberapa orang pelajar yang merupakan kakak kelasnya. Korban langsung dihajar dengan sejumlah pukulan maupun tendangan. Akibatnya, korban alami luka memar di bagian punggung serta tulang retak pada tangan kanannya.
Sayangnya, aksi kekerasan yang mencoreng dunia pendidikan di Jombang ini tak dilaporkan oleh korban. Padahal, aksi pengeroyokan itu terjadi beberapa hari lalu di lingkup sekolah. Kini, korban yang juga alami trauma psikis terbaring menjalani perawatan di rumah untuk memulihkan kondisinya.
Ketika ditemui, korban menceritakan peristiwa yang dialaminya. Awalnya, korban tengah memanaskan mesin motornya seraya sesekali menggeber gas. Hal itu dilakukan saat jam sekolah usai, Kamis (5/10) lalu. “Sebagian besar siswa sudah pulang, hanya ada beberapa yang belum,” ujar korban seraya didampingi ibunya, Kamis (12/10/2017).
Apesnya, saat menggeber gas motor bersamaan itu melintas G (14), yang merupakan kakak kelasnya, warga Dusun Gapok, Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro. Spontan, G tersinggung karena korban dianggap telah sengaja menggeber gas motor saat dirinya lewat. Dia langsung emosi dan buat perhitungan. Benar saja, keesokan harinya saat bubaran sekolah, G mengajak beberapa temannya dan memanggil korban. Tanpa banyak omong, korban langsung dikeroyok. Korban pun tak berdaya mendapatkan sejumlah pukulan dan tendangan. Untungnya, aksi pengerorokan tak berlangsung lama. Pasalnya, seorang tukang kebun sekolah seketika melerai. Meski demikian, para pelaku sempat mengancam agar korban tak ceritakan peristiwa yang dialami.
Puas menghajar korban, para pelaku segera pergi. Sedangkan korban langsung ditolong tukang kebun sekolah. Otomatis, orang tua korban kaget melihat kondisinya. Setelah didesak, korban menceritakan peristiwa pengeroyokan yang dialami. “Anak saya diantar tukang kebun, kondisi tangannya bengkak. Sempat tak ngaku kalau dikeroyok, cuman bilang kalau baru saja terjatuh,” kata Samutri (56), ibu korban.
Samutri juga menyesalkan tak ada tanggungjawab dari pihak sekolah maupun keluarga para pelaku. Padahal, biaya pengobatan korban tak sedikit. “Pihak sekolah maupun Keluarga Pelaku belum ada yang melihat kondisi anak saya. Untuk sekarang biaya pengobatan hanya ditanggung sendiri, dan sudah mencapai sekitar Rp. 1 juta. Anak saya juga mengalami trauma sehingga tak mau lagi sekolah disitu nantinya,” tegasnya. (dit)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *