DaerahJawa Timur

Pegiat Seni di Ponorogo Bangunkan Sahur Dengan Gamelan

Pegiat Seni di Ponorogo Bangunkan Sahur Dengan Gamelan
Pasukan gugah sahur
Pegiat Seni di Ponorogo Bangunkan Sahur Dengan Gamelan
Pasukan gugah sahur

Lenterainspiratif.id | Ponorogo – Membangunkan warga sahur sudah menjadi tradisi pada saat bulan suci ramadhan, biasanya masyarakat atau para remaja masjid (remas) membangunkan sahur melalui speaker di masjid, ada juga yang berkeliling sambil membawa kentongan, dan lain-lain. Namun berbeda dengan Pegiat seni di  Ponorogo punya cara unik untuk membangunkan warganya sahur, yakni dengan menabuh gamelan khas Reog Ponorogo.

Momen unik tersebut sempat diabadikan oleh seorang warga dan diunggah ke media sosial hingga viral. Dalam video berdurasi 44 detik itu terlihat ada dua mobil pickup yang membawa satu set gamelan Reog di Alun-alun Ponorogo.

Tampak kedua grup tersebut kompak memainkan musik khas tabuhan Reog. Di dalam video diterangkan, dua kelompok itu dari Sragi dan Tosari.

“Baru aja… Pasukan Gugah Sahur Di Aloon-Aloon Ponorogo. Tabuhan lurr. Edisi kangen Tabuhan Reog. Sak niki pun bar mergo podo arep SAHUR. Jajal awakmu enek pora ning video iku? info: mbh Jolodot,” berikut caption unggahan di akun @ponorogo.update.

Pegiat seni dan budaya di Ponorogo, Purbo Sasongko menjelaskan, kegiatan gugah sahur di Alun-alun kerap digelar dalam beberapa tahun terakhir. “Ya baik saja, sejak beberapa tahun kan sudah begitu. Namun dari sisi efektif saya rasa kok tidak lebih ke seneng-seneng tabuhan saja,” ujar Purbo, Kamis (15/4/2021).

Purbo menceritakan, kegiatan tersebut didasari rasa rindu para pegiat seni akan tradisi gugah sahur (membangunkan sahur) yang selama pandemi ini tidak diperbolehkan dan harus selalu mematuhi protokol kesehatan.

“Dampak pandemi bagi seniman memang seperti dikurung. SE Bupati malah seperti makanan beracun. Seperti nikmat rasanya tapi tanpa adanya juknis yang mengatur ya begini ini. Tetep zonk,” imbuh Purbo.

Ia menilai bahwa kegiatan ini merupakan wadah yang tepat bagi penggiat seni dengan cara yang tepat dan santun.

“Saya tetap apresiasi sama dulur-dulur yang gugah sahur dengan gamelan Reog. Setidaknya mereka menyalurkan kerinduan pada Reog melalui hal positif,” pungkas Purbo.  ( jun )

Exit mobile version