Peristiwa

Mengintip Pondok Gila di Kemlagi Mojokerto

×

Mengintip Pondok Gila di Kemlagi Mojokerto

Sebarkan artikel ini
Pondok gila
Pondok 99 di Dusun Pandan Toyo, Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto

Pondok gila
Pondok 99 di Dusun Pandan Toyo, Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto

Lenterainspiratif.id | MOJOKERTO – Pondok 99 (Songo-Songo) yang berada di Dusun Pandan Toyo, Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto kini menjadi menjadi penitipan para pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).

Sebelumnya, pondok yang dibangun pada tahun 1999 ini, rencanana diguakan sebagai tempat pondok untuk mengaji dan belajar membaca Al-Qur’an bagi pemuda masyarakat sekitar.

Tempat ini beralih fungsi pada 2001 ketika terdapat pasien ODGJ yang berhasil sembuh setelah keluar dari sini. Akhirnya, berita bagus ini menyebar.

Saat ini terdapat 58 pasien dengan 6 perempuan dan 52 laki-laki dengan pasiennya yang paling jauh ada yang dari kalimantan hingga ada yang dari aceh.
Terdapat berbagai fasilitas seperti 9 kamar tidur, kamar mandi, musholah dan lain-lain serta mendapat jatah makan 3 kali sehari.
Pondok 99 Dikenakan biaya kebutuhan bagi pasien ODGJ.
Pemilik pondok 99 Sriasih menjelaskan disini memang penitipan orang sakit jiwa yang kebanyakan asalnya dari pecandu narkoba.

Pasien yang di bawa kesini adalah titipan keluarga, bukan dari orang gila yang ada di jalanan

Pondok 99 dipantau dan dirawat bersama oleh keluarga Sriasih dari tahun 2001 dengan memperhatikan aktivitas sehari-hari para pasien mulai dari sholat, mengaji, membaca, menyuci, menyapu dan lain-lain

Uniknya tidak pernah ada yang mengamuk disini. bahkan, meskipun banyak pasien didalamnya suasana di dalam pondok cenderung sepi.
“Cerita dari keluarga itu setiap hari ngamuk, meresahkan warga sampai warga tidak mau menerima lagi tapi begitu masuk sini biasa saja tidak ada yang mengamuk” terang pemilik pondok 99 Sriasih

Sriasih menjelaskan, pasien sembuh disini tergantung semangatnya, ada yang sehari sudah sembuh. Tapi masalahnya disini tidak boleh hanya 1-2 bulan, karena takutnya keluarga dan masyarakat sekitarnya masih trauma dan orangnya itu tidak mau minum obat lagi sehingga bisa mengamuk lagi. orang sakit jiwa itu tidak merasa kalau dirinya sakit jadi mereka berfikir tidak sakit kenapa harus minum obat.

“Ada yang sudah di bawa pulang lalu di bawa balik kesini lagi, ya karena di rumah tidak mau minum obat. Kalau pulang harus sudah sembuh total karena peluang untuk kumat lagi masih ada” jelasnya

Sriasih mengatakan tidak ada kesusahan dalam menghadapi pasien, mungkin kesusahannya saat ada pasien pindahan dengan kondisi yang kurus dan tidak kunjung membaik yang bisa mengkhawatirkan pihak keluarga

“Saya tidak ada keistimewaan, tapi saya yakin semua berkat yang Kuasa. saya sendiri tidak tau kok bisa jadi seperti ini, semuanya itu bukan bagian dari rencana biarkan berjalan dengan sendirinya” tutur sriasih

(David)