OpiniPendidikan

Melampaui Basis : Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0 dan Masa Depan IPNU

×

Melampaui Basis : Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0 dan Masa Depan IPNU

Sebarkan artikel ini
Foto :

Kearah mana IPNU akan dibawa? Ini adalah tanya awal untuk mendedah secara holistik tantangan dan masa depan IPNU.

Nahkoda baru adalah pasti. Namun membaca tantangan kekinian dan menemukan pola untuk melangkah ke depan adalah langkah awal.

Tidak cukup hanya IPNU dikaitkan dengan industri 4.0. Karena IPNU bukan pabrik untuk melahirkan orang orang bekerja.

IPNU adalah organisasi ideologis dan ruang luas untuk reproduksi kader intelektual untuk masuk dalam NU.

Dengan berlandaskan pada Kun Ibna Zamanika, maka kita harus bisa berpikir out of the box. Berpikir di luar kotak.

Maka tantangan kedepan, IPNU harus masuk ke ruang ruang yang mampu melampuai basis dari NU.

Sebagaimana kita tahu, bahwa NU dikenal dan identik dengan basis kaum Nahdiyyin yang ada di pedesaan dan di pesantren, IPNU harus mengjangkau di luar basis NU sebagai kerja kerja ideologisasi.

Dengan menjangkau luar basis, maka secara tidak langsung akan turut membesarkan NU. Saat kita mampu membesarkan NU, saat itulah kita turut serta merawat NKRI. Karena NU adalah pemilik saham republik ini.

Kenapa harus melampuai basis? Karena saat kita hanya mendekam di dalam basis sendiri, tantangannya mudah sekali dibaca.

Sementara kalau mencoba untuk menjangkau di luar basis dengan masuk ke ruang ruang sekolah dan perguruan tinggi umum, maka disitulah akan menumbuhkan adrenalin untuk “berperang” melawan ideologisasi.

Tantangan pelajar kini memang cukup kompleks. BNPT merilis 7 kampus umum terpapar radikalisme. Diantaranya Universitas Indonesia, Unair, Unibraw dan lain lainnya.

Terdapat analisa bahwa persemaian radikalisme yang ada di kampus dimulai dari sekolah sekolah formal di tingkat SLTA. Kampus hanya hasil akhir dari apa yang terjadi di bangku SLTA.

Kita harus rebut di luar basis untuk juga turut serta berperan membesarkan NU. Dengan situasi yang kompleks ini, kita juga membutuhkan strategi.

Di zaman ini, tampaknya kita terus menghadirkan Mabadi Nasrillah. Dimana hal ini pernah juga dipraktekkan oleh KH. Wahid Hasyim saat NU dan bangsa Indonesia menghadapi Jepang.

Setidaknya terdapat tiga point penting dari Mabadi Nasrillah. Yakni tazawaru ba’dhahum ba’dha ( saling mengunjungi satu sama lain), lalu tawashau bil haqqi wa Shabri ( Saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran), dan taqarrub ilallah ( mendekatkan diri kepada Allah).

Saling mengunjungi satu sama lain adalah kata lain dari konsolidasi. Kita rapikan kembali shaff. Saling memperkuat di antara kita. Saya masih termasuk percaya dan yakin se yakin yakinnya, saat KH. Wahab Chasbullah menyampaikan, bahwa NU itu adalah meriam. Sebenar benarnya meriam. Tapi propaganda orang luar menjadikan kita ragu apakah meriam atau gelugu pisang.

Selain itu, bagian kedua dari mabadi nasrillah adalah saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, ini menunjukkan adanya keharusan kita untuk terus mengintenkan kerja kerja kaderisasi. Kerja inilah yang akan membuat kita kian yakin atas kebenaran dan kesabaran.

Pada bagian akhir adalah mendekatkan diri kepada Allah. Ini bagian yang urgen juga kita lakukan. Dengan mendekatkan diri kepada Allah adalah upaya untuk berserah diri kepada-Nya. Sebagaimana hadratussyaikh Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa barang siapa yang berserah diri hanya kepada Allah, maka akan mendapatkan pertolongan dari Allah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *