BudayaEkonomiJawa Timur

Kisah Sukses Shofia Masro, Pengrajin Batik dari Kota Mojokerto Langganan Pejabat

×

Kisah Sukses Shofia Masro, Pengrajin Batik dari Kota Mojokerto Langganan Pejabat

Sebarkan artikel ini
Sofia Masro, Pengrajin Batik, Kota Mojokerto
#image_title

Shofia Masro seorang pengrajin batik di Kota Mojokerto / Iqbal Maulana

Lenterainspiratif.id | Mojokerto – Shofia Masro seorang pengrajin batik di Kota Mojokerto. Ia mengenal dan belajar menjadi seorang pembatik mulai tahun 2012 silam. Batik Sofia miliknya kini menjadi salah satu warisan batik Nusantara yang ada di Mojokerto.

Usia Shofia Masro kala itu, masih 40 tahun. Saat ingin memulai dalam dunia Batik, ia tidak percaya diri memegang canting dan kain batik. Namun harus menjalani masa pelatihan selama 5 hari di Yogyakarta. Ketika sudah dirasa mampu, baru lah ia percaya diri dalam pembuatan batik.

Awal mula saat itu, ia menggambar motif di kain. Gambar motif tersebut adalah tahapan utama dalam proses pembuatan batik, yang berfungsi untuk memunculkan motif di bagian kain. Agar tetap berwarna putih pada saat di canting dan diberi warna.

Namun karena keinginan besarnya untuk belajar membatik, ia mempelajari seluruh tahapan. Seperti membentuk pola, menggambar motif, mencanting, dan mewarnai.

Awal mula ia mengikuti pelatihan batik dengan Rp. 0 rupiah. Baginya saat itu awal mulai merintis karir usaha batiknya.

Karir Shofia Masro sebagai pengrajin batik saat ini, bisa dibilang cukup melejit. Ia juga dipercaya oleh pejabat Kota. Bahkan ia sering mengikuti berbagai pelatihan dan pameran batik di Kota hingga luar kota.

Setelah 5 tahun merintis batik, Sofia akhirnya memutuskan untuk lebih percaya diri dan tekad membuka usaha batik secara mandiri.

Pada tahun 2016, ia sudah mulai terkenal di Kota Mojokerto dengan namanya sendiri “Batik Sofia”. Dengan pendirian usaha batiknya, ia memantapkan diri sebagai pengrajin batik. Karir yang telah ia tekuni dari tahun 2012.

Ibu tiga anak ini, secara konsisten memproduksi batik dengan corak dan motif khas Kota Mojokerto. Ia mengaku, berdarah Jawa, daerah dimana sentra batik tumbuh dan berkembang di Indonesia khususnya di Kota Mojokerto.

“Saya sebagai orang Jawa, saya awal belajar membatik ini di Yogyakarta. Jadi yang saya kembangkan awal itu motif bunga-bungaan dan dedaunan yang khas dari Kota Mojokerto,” ungkapnya. (30/1/2023).

Motif batik yang sering ia gunakan, adalah motif khas Kota Mojokerto. Seperti Buah Mojo, Surya Majapahit, Merico Bolong, Sisik Gringsing dan yang lainnya. Ada juga enam motif batik yang ia buat sendiri sebagai hak ciptanya seperti Daun Kelor, Mengkudu, Bunga Seroja, Rojo Deleng, Bunga Seruni dan Buah Manggis.

Dari ke enam itu masih banyak ratusan motif batik yang telah dibuat serta berbagai macam warna dan coraknya.

Perbedaan mendasar corak batik Kota Mojokerto dengan batik dari daerah lain, ada pada gradasi warna dan corak motifnya. Warna batik Kota Mojokerto, cenderung lebih disukai warna terang dan mentereng. Dibandingkan dengan batik daerah lain yang cenderung lebih gelap.

“Corak di Kota Mojokerto lebih suka yang cerah. Karena lebih disukai anak muda dan Bapak Ibu muda. Misalnya kuning, merah, biru, dan warna-warna yang ke emasan” ujarnya. Warna kimia.

“Sedangkan untuk kalangan menengah ke atas biasanya yang dipilih batik tulis dengan warna sogan atau klasik dan warna alam. Karena lebih kelihatan elegan dan berkelas. Seperti warna merah dari kayu secang, atau warna coklat pekat dari batang kayu tingi, jolawe, dsb”, imbuhnya.

Sofia mengerjakan seluruh tahapan dalam proses membatik, seorang diri. Mulai dari menggambar pola, mencanting, dan mewarnai. Hingga saat ini Batik Sofia sudah mempunyai pegawai sebanyak 8 orang.

“Saya produksi Batik Tulis dan Batik Cap, sesuai pesanan konsumen yang dicari itu Batik Tulis atau Batik Cap” pungkasnya perempuan kelahiran Mojokerto 29 Maret 1972 itu.

Pada tahun 2022 lalu, Batik Sofia akhirnya grand opening galeri batik sendiri yang beralamat di Jalan Majapahit, Suratan Gg 1 (Belakang Puskesmas Suratan) Kelurahan Kranggan, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto.

Satu kain batik tulis dengan motif simpel bisa ia kerjakan selama 3 sampai 1 minggu. Namun jika motif cukup rumit, bisa memakan waktu 2 minggu hingga 1 bulan. Sedangkan Batik Cap hanya memakan waktu 1 hari saja. Sofia juga tetap produksi walaupun tidak ada pesanan, tetapi produksi batiknya itu bisa ia jadikan stok di galeri.

Proses membatik, dimulai dengan menggambar pola di atas karton, lalu dijiplak ke kain mori sebagai motif. Usai menggambar, proses batik tulis dilanjutkan dengan teknik mencanting. Yakni pelekatan pertama cairan malam pada motif untuk memperlihatkan pola. Setelah mencanting selesai, baru lah ia lakukan proses pewarnaan dengan mencelupkan kain ke dalam pewarna kimia. Setelah itu di Lorot menggunakan air rebusan, Lalu dijemur dan siap pakai.

Satu kain batik tulis sepanjang 2 meter, bisa ia jual dengan kisaran harga antara Rp. 400.000 hingga Rp. 1.000.000. Sementara untuk batik cap, dibandrol dengan harga Rp. 120.000 sampai Rp. 300.000.

Selama 10 tahun berdiri, brand Batik Sofia cukup eksis di kalangan pencinta batik Kota Mojokerto. Khususnya para pejabat Kota maupun Kabupaten. Pelanggannya pun berasal dari berbagai OPD baik pemerintahan maupun swasta.

Menurutnya “Karena saat ini batik lagi booming jadi pangsa pasarnya lumayan lancar, apalagi jika ada event omzetnya turut meningkat”.

Kendala yang dihadapi adalah tidak tersedianya bahan baku di dalam kota dan penyediaan bahan baku ia datangkan semua dari luar kota. Mulai dari kain, alat mencanting, lilin atau cairan malam, hingga bahan pewarna.

Usaha Batik Sofia pun terus berjalan hingga saat ini dan Ia juga memiliki mimpi besarkan usaha batik miliknya. Menjadi industri besar yang profesional dan mampu merekrut banyak tenaga kerja. Terutama perempuan dan ibu rumah tangga khususnya disekitar produksi batik. (Bal)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *