BeritaJawa TimurWisata

Ketapanrame Genjot Produksi Kopi, Ekowisata Mojokerto Siap Tampil Lebih Menonjol

Pembukaan lahan kopi baru di Ketapanrame, Trawas sebagai langkah penguatan sektor ekowisata Mojokerto
Bupati Mojokerto, Muhammad Al-Barra saat mencicipi kopi Ketapanrame

MOJOKERTO, LenteraInspiratif.id – Desa Ketapanrame di Kecamatan Trawas, Mojokerto, makin serius mengembangkan potensi kopi lokal. Lahan baru seluas puluhan hektare resmi dibuka untuk penanaman kopi di kawasan Bendil, Dusun Slepi. Langkah ini menjadi bagian dari upaya membangun kawasan ekowisata berbasis pertanian yang berkelanjutan dan melibatkan langsung warga sekitar.

 

Pembukaan lahan ini ditandai dengan acara tasyakuran pada Minggu pagi (27/7/2025), yang turut dihadiri Bupati Mojokerto, Muhammad Al Barra, bersama Wakil Bupati Muhammad Rizal Octavian. Mereka bergabung dengan para petani kopi, komunitas barista, hingga perangkat desa dan jajaran Forkopimda untuk melakukan penanaman perdana bibit kopi.

 

“Ini bukan sekadar menanam, tapi membangun harapan. Kopi ini nantinya tidak hanya menggerakkan ekonomi warga, tapi juga menjadi identitas Mojokerto sebagai daerah penghasil kopi,” tegas Bupati Al Barra di lokasi acara.

 

Data dari Pemerintah Desa Ketapanrame mencatat, dari total 479 hektare lahan Perhutani yang dikelola warga, sekitar 104 hektare telah ditanami kopi sejak tahun 2016. Dalam setahun, produksi kopinya bisa mencapai 50 ton. Saat ini, sebanyak 280 warga menggantungkan penghasilan dari sektor kopi.

Pembukaan lahan kopi baru di Ketapanrame, Trawas sebagai langkah penguatan sektor ekowisata Mojokerto
Pembukaan lahan kopi baru di Ketapanrame, Trawas sebagai langkah penguatan sektor ekowisata Mojokerto

Kepala Desa Ketapanrame, Zainul Arifin, menegaskan bahwa pengembangan kopi di wilayahnya tidak hanya fokus pada hasil panen, tetapi juga pada pembentukan ekosistem ekonomi yang sehat. Salah satunya dengan membentuk koperasi petani untuk memotong mata rantai tengkulak dan memperluas akses pasar.

 

“Kami ingin petani lebih sejahtera, dan ini hanya bisa dicapai kalau ada sistem yang mendukung, seperti koperasi dan pemberdayaan UMKM olahan kopi,” jelas Zainul.

 

Tiga paguyuban kopi yang sudah aktif di desa ini, yaitu Bontugu, Dlundung, dan Bendil, menjadi motor penggerak utama dalam pemberdayaan masyarakat. Selain menanam, mereka juga aktif mengembangkan pelatihan roasting, edukasi kopi kepada wisatawan, hingga promosi kopi khas Ketapanrame di berbagai event.

 

Desa ini juga masuk dalam kawasan Trawas, yang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata favorit di Mojokerto. Udara sejuk, lanskap hijau, dan keberadaan air terjun Dlundung menjadi daya tarik tambahan untuk menjadikan kopi sebagai bagian dari konsep wisata alam terpadu.

 

“Potensinya besar, tinggal bagaimana kita kemas dengan serius. Ketapanrame bisa menjadi role model pengembangan desa wisata berbasis kopi di Jawa Timur,” tambah Bupati Al Barra.

Exit mobile version