Lenterainspiratif.id | Mojokerto – Ketidakpastian harga minyak goreng di rintel modern dan pasar tradisional menuai banyak kritikan dari mahasiswa. Kritikan tersebut salah satunya muncul dari Koordinator BEM Mojokerto Raya Tsabit Ikhmaddi Haqiqi yang menyampaikan bahwa semua mengalami dilema harga dan kepastian ketersedian sampai hari ini belum ada kejelasan.
“Bulan januari lalu pemerintah menetapkan harga minyak goreng satu harga dengan tarif Rp.14.000.,00 , akan tetapi menginjak pertengahan februari masih di dapati harga minyak goreng tembus di kisaran Rp.18.000 – 19.000 per liter, dan itupun sulit di dapati oleh masyarakat,” ungkap Tsabit, Minggu (13/02/2022).
Tsabit menyebut kebijakan Pemerintah yang tidak konsisten dinilai kurang tepat untuk meredam polemik minyak goreng.
“Kami beranggapan ketidakmampuan Pemerintah mengatasi kelangkaan dan mengendalikan harga minyak goreng yang telah terjadi selama dua bulan ini berimbas pada kanaikan harga di pasaran, gonta-ganti kebijakan pun justru malah tidak efektif,” tandasntya
Lebih lanjut, mahasiswa Universitas Islam Majapahit ini juga meminta Pemerintah harus memikirkan solusi kelangkaan minyak goreng
khususnya di pasar tradisional dengan harga yang lebih terjangkau.
“Kami juga mau pastikan bagaimana kesiapan pemerintah atas kelangkaan minyak goreng menjelang bulan Ramadhan, harusnya sudah ada solusi, mengingat kebutuhan minyak goreng di bulan Ramadhan biasanya meningkat,” lanjut Tsabit.
Tsabit menilai kelangkaan minyak goreng di picu karna meningkatnya permintaan CPO untuk industri biodisel seiring dengan kebijakan penerapan B30. Bukan hanya itu kelangkaan minyak goreng juga disebabkan permainan para kartel.
“ini membuktikan ketidakberdayaan pemerintah dalam menghadapi kartel harusnya ada alternatif lain, karena kebutuhan pokok itu adalah prioritas utama bagi masyarakat,” pungkasnya. (Diy)