Nasional

Ini Saran Psikolog Agar Anak Tak Mudah Terpengaruh Paham Terorisme

×

Ini Saran Psikolog Agar Anak Tak Mudah Terpengaruh Paham Terorisme

Sebarkan artikel ini
Ini Saran Psikolog Agar Anak Tak Mudah Terpengaruh Paham Terorisme
teroris ilustrasi

Ini Saran Psikolog Agar Anak Tak Mudah Terpengaruh Paham Terorisme
teroris ilustrasi

Lenterainspiratif.id | Jakarta – Aksi terorisme kembali terjadi dan meresahkan masyarakat Indonesia, taukah anda bahwa proses perkembangan teroris merupakan perkembangan psikis yang terganggu. Hal itu terjadi karena terpenuhinya kebutuhan psikis seiring masa perkembangan.

Pada saat itu remaja rentan terpengaruh oleh paham terorisme atau ajaran tertentu dan tidak menutup kemungkinan membenarkan aksi terorisme.

Menurut psikolog pro Help Center dan konselor IAC (Indonesia Association Counseling) Nuzulia Rahma Tristinarum mengatakan, para pelaku biasanya mendapatkan pembinaan saat menginjak usia remaja.

Sebagai contoh, pelaku penyerangan atau penembakan di Mabes Polri, Jakarta pada Rabu (31/3/2021) diketahui masih berusia 26 tahun atau lahir apda tahun 1995, menurut Rahma usia Zakiah Aini merupakan usia dewasa muda.

Usia remaja dan dewasa muda adalah masa peralihan sehingga lebih rentan terhadap pengaruh dari luar diri. Umumnya pada masa remaja, pelaku lebih mudah diyakinkan untuk melakukan aksi terorisme.

Rahma juga mengatakan, seorang anak dapat dilindungi dari ancaman pengaruh terorisme sejak masih anak-anak, kedekatan psikologis keluarga merupakan hal yang sangat membantu terpenuhinya kebutuhan proses perkembangan psikis seseorang.

“Asuh dengan cinta dan logika. Penuhi jiwa anak anak kita dengan kasih sayang, perhatian, kedekatan secara psikologis. Jangan lupa juga mengasuh mereka untuk dapat berpikir kritis dan mandiri secara emosional. Sering mengajak diskusi dua arah anak-anak dan remaja kita,” terangnya, Kamis (1/4/2021).

Komunikasi yang baik antar anak dengan orangtua dapat membantu membentuk pola pikir terbuka pada anak, selain komunikasi pergaulan juga mempengaruhi pola pikir seseorang, tidak bergaul hanya pada 1 ruang lingkup dapat membuat anak berfikir kritis terhadap ajakan dan tidak menelan mentah-mentah perkataan orang lain.

“Bagi yang sudah berada di tahap usia dewasa, sebaiknya lebih melatih diri untuk berpikir kritis dan bergaul dengan banyak orang di lingkungan yang berbeda-beda. Tidak hanya satu lingkungan saja sehingga cara berpikir kita pun tidak kaku,” imbuh Rahma. ( tim )