Foto : kirab budaya pada Harlah APKLI
Mojokerto Lentera Inspiratif.com
Melestarikan budaya bukan hanya merawat merawat benda-benda peninggalan saja, banyak kesenian lokal yang harus dipertahankan kearifannya, begitulah tutur Dr. Ali Masum selaku presiden dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) dalam peringatan hari lahir APKLI yang ke-25, yang diperingati di Komplek makam Siti Inggil, Desa Mbejijong, Trowulan, Mojokerto Minggu, 25/02/2018)
harlah APKLI yang ke-25 dengan melakukan kirab obor kolosal merah putih dari Komplek makam Siti Inggil menuju Pendopo Agung Trowulan, yang panjangnya sekitar lima kilo meter dengan membentanggkan Bendera Merah Putih dengan panjang 125 meter.
Kirab obor kolosal Merah Putih ini tidak hanya diikuti oleh anggota APKLI saja. TNI, Polri, serta para tokoh-tokoh adat dan agama pun ikut memeriahkan kegiatan ini untuk menjunjung tinggi nilai KeBhinekaan. Seperti yang dikatakan ibu Wati, salah satu peserta kirab di APKLI membuka ruang seluas-luasnya untuk menanggapi permasalahan-permasalahan ekonomi, tidak hanya berkutat bicara tentang SARA, Karena disini kita belajar mewujudkan kesejahteraan bersama.
Dengan tema PKL menggugat untuk Indonesia berdaulat, masyarakat pun banyak juga yang tiba-tiba mengikuti proses acara kirab ini, sekitar 3000 orang sebagai peserta kirab. Sesampainya di Pendopo Agung peserta kirab disambut dengan beberapa kesenian. Seperti, pencak silat, Tari rajangpatni dan beberapa kesenian lainnya yang masih berbau Majapahit.
Puncak kegiatan ini diakhiri dengan pembacaan sumpah sakti APKLI seperti pembacaan Sumpah Amoekti Palapa yang dilakukan oleh Presiden APKLI, dan penyalaan obor dengan maksud membakar semangat para pengurus dan anggota APKLI agar tetap mempertahankan kesejahteraan ekonomi kerakyatan, terutama untuk para pedagang kaki lima di Indonesia. (Surya).