Mojokerto, LenteraInspiratif.id – Harga bawang merah di Kabupaten Mojokerto mengalami penurunan dari Rp25.000 menjadi Rp23.000 per kilogram. Penurunan harga ini dirasakan oleh para petani bawang merah, terutama di Dusun Tambaksari, Desa Tambak Agung, Kecamatan Puri, sebagai beban berat yang berimbas pada pendapatan mereka.
Menurut salah satu petani bawang merah, Mira (40), turunnya harga disebabkan oleh melimpahnya hasil panen saat ini.
“Harga bawang merah naik turun karena sekarang semua petani sedang panen,” ungkap Mira, Jumat (17/1/2025).
Ia menambahkan, situasi ini memunculkan ketidakseimbangan di pasar, di mana para petani menjadi pihak yang paling dirugikan.
Meski harga di tingkat petani anjlok, Mira menyebut bahwa keuntungan justru dinikmati oleh para pedagang di pasar.
“Yang dapat untung besar justru pedagang, sementara kami sebagai petani harus menanggung kerugian,” katanya.
Situasi ini semakin sulit karena biaya produksi yang tinggi tidak sebanding dengan pendapatan dari hasil penjualan. Para petani berharap ada campur tangan dari pemerintah Kabupaten Mojokerto untuk mengatasi fluktuasi harga yang merugikan. Mereka mengusulkan adanya mekanisme stabilisasi harga agar petani tetap mendapatkan keuntungan yang layak.
“Kami sangat berharap pemerintah dapat menstabilkan harga bawang merah supaya kami tidak selalu jadi korban,” harap Mira.
Selain itu, Mira juga menyampaikan perlunya upaya jangka panjang dari pemerintah untuk memberikan solusi konkret. Salah satunya, dengan mengatur distribusi hasil panen atau menyediakan subsidi kepada petani. Langkah ini dinilai dapat membantu petani bertahan di tengah fluktuasi harga komoditas.
Turunnya harga bawang merah ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk bersama-sama mencari solusi yang adil. Pemerintah, pedagang, dan petani diharapkan dapat bekerja sama demi menciptakan sistem perdagangan yang lebih seimbang dan menguntungkan semua pihak. ( Tys)