Lenterainspiratif.id | Mojokerto – Wakil Bupati Mojokerto H Muhammad Al Barra mendatangi jembatan ambruk akibat erosi air sungai Sunberdadi, Ambruknya Jembatan itu, telah memutus akses aktifitas masyarakat yang menghubungkan Desa Gunung Sari, Desa Cinandang dan Sumberwuluh, Kecamatan Dawarblandong.
Wakil bupati yang sering disapa Gus Barra menjelaskan, dia telah mendengar adanya informasi dari masyarakat setempat, bahwa ada jembatan diwilayah Dawarblandong yang putus dan ambles karena erosi akibat curah hujan tinggi.
Kejadian tersebut menghambat akses jalan alternatif dari Desa Gunungsari, Kecamatan Dawarblandong menuju Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan. Masyarakat yang biasa menggunakan akses jalan tersebut, akhirnya harus memutar melalui jalur lain yang jarak tempuhnya 4 kilometer lebih jauh.
“kami sengaja bersama rombongan meninjau langsung ke lokasi, ternyata memang benar, Kerusakan infrastruktur jembatan dan jalan tersebut begitu parah, hingga tidak bisa dilewati kendaraan dan memutus akses jalan penduduk setempat” , jelasnya.
Kami akan segera menindaklanjuti dari laporan tersebut dan segera melakukan penanganan darurat untuk memperbaiki jalan dan jembatan yang memutuskan akses masyarakat. Kepentingan rakyat, tentu selalu saya utamakan,” jelas Gus Barra ( 3/4/2021 )
Sementara itu Bambang Purwanto Kepala Dinas PUPR mengatakan, pihaknya secepatnya segera melaksanakan arahan dari Gus Barra, agar akses jembatan yang ambruk itu, bisa dimanfaatkan lagi oleh masyarakat.”, tutupnya.
Sebelumnya, jembatan penghubung antar dusun di Desa Gunungsari, Kecamatan Dawar Blandong ambles. Akibatnya jembatan yang sekaligus penghubung altenativ ke Gresik dan Lamongan itu tidak bisa dilewati total.
Dari informasi didapat, peristiwa di jalan alternatif tersebut terjadi Jumat, (2/4/2021), sekitar pukul 01.00 WIB, usai hujan deras mengguyur hingga menyebabkan luberan air di atas jembatan. Debit air yang deras di kali Jenglot, membuat karung penahan pasir tak mampu menahan beban jalan dan akhirnya terseret, Kamis, (1/4/2021).
“Malamnya memang hujan, habis hujan itu langsung ambles. Untung gak pas terang harinya, jalan dan jembatan ini kan lalu lintas warga para petani. Sama jalan alternatif ke Gresik sama Lamongan, sehingga jalannya itu sering dilintasi warga di siang hari hingga malam,” kata Subhan, salah seorang warga setempat.
Ia berharap pemerintah segera melakukan perbaikan akses utama warga menuju lahan pertanian. Lantaran, kerusakan terjadi sudah sejak dua bulan lalu hingga akhirnya putus dan tak bisa dilewati sama sekali.
“Ini kan akses utama masyarakat ke sawah, kalau kaya gini mutar sejauh empat kilometer-an jadinya. Harapannya segera diperbaiki pemerintah,” ungkap pria yang rumahnya hanya berjarak 15 meter dari lokasi ambles.
Sementara, Kepala Desa Gunungsari Susanto mengungkapkan, sebelum ambles, pada Rabu, (31/3) Mojokerto memang diguyur hujan deras sejak pukul 16.00 WIB sampai pukul 19.30 WIB. Hingga menyebabkan jembatan yang kondisinya sudah menggantung di Dusun Sumbersari ambles dan ambrol ke dasar kali.
Hanya menyisakan sekitar tiga sampai empat meter kondisi jembatan. Itupun tak bisa dilalui sama sekali, baik kendaraan roda dua, roda empat, maupun truk.
“Sebelummya jembatan ini sudah menggantung, kerusakan sudah terjadi dari dua bulanan lalu. Sempat di pasang karung berisikan pasir, tapi nyatanya tidak berfungsi sama sekali,” bebernya.
Susanto menambahkan, selain kondisi cuaca dan derasnya debit air di kali. Tak adanya plengsengan di sisi kanan-kiri jembatan menjadi faktor utama amblasnya jalan dan jembatan penghubung itu.
“Kanan-kirinya tidak ada plengsengannya, yah otomatis tergerus air lama-kelamaan. Ini saja ada sekitar empat rumah warga yang dekat dengan bibir sungai dan jalan terancam tergerus lagi,” imbuhnya.
Terbatasnya anggaran rupanya membuat sisi kanan-kiri jalan cor-coran tahun 2018 lalu ini tak diberi plengsengan. Dimana berfungsi sebagai penahan badan jalan agar tak tergerus aliran air sungai.
“Dulu sudah sempat saya ajukan, tapi katanya anggarannya terbatas. Kalau pasang plengsengan jarak jalan jadi dikurangi. Akhirnya gak diplengseng, jadinya malah makin parah begini,” tukasnya.
Harapannya pemerintah daerah bisa memberikan alternatif seperti jembatan darurat. Supaya akses 350 Kepala Keluarga (KK) ke lahan pertanian, maupun ke sekolah-sekolah bisa tetap dilakukan seperti biasa.
“Kalau jalan kaki juga khawatir, soalnya sudah pecah juga. Jembatan juga sisa tiga sampai empat meter. Harapannya bisa dibuatkan jembatan sementara,” pungkasnya. (Dan)