Harus Menempuh Rute Berbahaya di Laut Dengan Perahu Kecil
Gili Ketapang memang adalah surga. Sebuah pulau kecil yang berada di utara Kota Probolinggo ini memiliki keindahan panorama pantai yang jarang ada di tempat lain. Mengunjungi Gili Ketapang, teringat sebuah film yang menceritakan seorang pelaut yang terdampar di sebuah pulau terpencil yang dikelilingi pantai nan indah. Tapi, untuk mengunjungi surga ini harus melewati tantangan yang membutuhkan keberanian ekstra.
Oleh : Happy Andrie
Dari pusat Kota Probolinggo sendiri, Gili Ketapang sebenarnya tidaklah jauh dan mudah untuk dicapai. Pulau ini termasuk dalam wilayah Desa Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Untuk menuju pulau ini, kita harus melewati pelabuhan barang Probolinggo yang berada di pinggiran Kota.
Kami serombongan yang melakukan perjalanan dini hari, harus memarkir mobil pengangkut di area parkir pelabuhan. Perjalanan harus dianjutkan dengan menggunakan perahu, karena memang Gili Ketapang dipisahkan oleh selat. Kami menyewa perahu nelayan tradisional untuk menuju pulau ini. Untuk menyewa perahu tidaklah mahal, kami serombongan yang berjumlah 20 orang hanya dikenai tarif Rp 400 ribu sekali jalan.
Perjalanan laut yang kami laukan menggunakan perahu menempuh waktu sekitar 45 menit. Tapi ini bukan perkara mudah. Bagi yang tidak terbiasa menaiki perahu ditengah laut, barangkali ini adalah pengalaman yang mendebarkan. Bagaimana tidak, derasnya hantaman ombak mengguncang perahu kecil yang kami tumpangi. Bahkan, percikan air pun terasa membasahi wajah dan tubuh kami.
Beberapa teman sempat ketakutan dan membaca berbagai doa untuk mengendalikan rasa takutnya. Maklum saja, perahu yang kami tumpangi adalah perahu nelayan yang biasa digunakan untuk mencari ikan. Kami harus duduk di lantai kapal diatas ruangan diesel. Tak ada pembatas atau dinding disampingnya, hanya sebuah pegangan kecil dan tiang diatas kapal.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit dari kejauhan kami melihat sebuah daratan putih dengan pantai yang dipenuhi perahu nelayan. Ya, itulah pulau surga Gili Ketapang. Kebetulan, kedatangan kami bertepatan dengan terbitnya matahari, sehingga kami pun mengabadikan momen tersebut dengan melakukan selfie sebelum menuruni perahu.
Begitu menginjakkan kaki di pantai, ada rasa puas yang tak telukiskan. Terbayar sudah perjalanan mendebarkan kami diatas perahu. Namun sayangnya, karena kedatangan kami di pagi buta, tak terlihat seorang pun di pulau ini. Beberapa warung masih terlihat tutup. Kami terpaksa harus menunggu di balai-balai yang sepertinya sudah dipersiapkan untuk para wisatawan. (bersambung)