foto : saat teater digelar.
BANTUL – Setelah berbagai rangkaian program seni dan budaya yang digelar sejak hari pertama pelaksanaan Festifal Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-30 pada 23 Juli 2018 lalu. Namun, program Teater FKY yang digelar dari tanggal 23 Juli – 2 Agustus 2018 telah dikunjungi lebih dari 80.000 orang.
B. M. Anggana sebagai Sutradara dalam Teater FKY kepada media Lentera Inspiratif.com, pada (03/08/2018) mengatakan, Teater FKY dipentaskan di arena pasar FKY di Jalan Parangtritis KM 5,5, Kecamatan Bangunharjo, Kabupaten Bantul, Propinsi yogyakarta, dengan menampilkan 2 kelompok teater di Yogyakarta. Teater itu terdiri dari Teater Sakatoya dan Forum Aktor. Dalam penampilan teater itu, mengangkat judul ‘The Happy Family’ sebuah karya baru yang ditulis tahun 2018.
“Pentas teater yang disiapkan selama satu bulan ini berkisah tentang kehidupan pasangan Papa dan Mama yang berkeliling menjajakan Sup Krim. Mimpi di tengah-tengah keramaian festival, sup Krim Mimpi mereka begitu lezat karena dibumbui oleh sebuah resep rahasia, yakni sesuatu yang pernah dimiliki semua orang yang tanpa disadari mungkin telah mereka kuburkan, “ungkapnya.
Lanjut dia, keturunan mereka bernama anak hilir mudik diruang festival mencari definisi konsep keluarga ideal melalui orang-orang yang ditemuinya. Papa dan Mama mengumumkan bahwa mereka akan menggelar Open Kitchen tentang cara dan resep memasak sup krim mereka secara live. “Sehingga bisa viral dan eksis di masyarakat luas, “imbuhnya.
Angga menambahkan, terpikat eksistensi dunia maya, kepulangan anak pun disambut tanpa adanya komunikasi. Proses viral berjalan dan mama berhasil menghimpun banyak komentar. Akhirnya, resep rahasia yang paling akhir harus ditampilkan ke publik. Resep rahasia itu rupanya terdapat pada si anak. Pada titik inilah Anak memulai pemberontakannya, menghimpun argumen massa demi mengalahkan Papa dan Mama.
“Orang-orang berlomba untuk memunculkan sisi bahagia dari dirinya. Namun, kenyataannya tidak sehembring di sosial media. Lantaran sosial media yang sebagai alat komunikasi pada akhirnya menghilangkan komunikasi langsung dalam keluarga. Orangtua sibuk dengan bisnisnya, sang anak mengeluh di sosial media. Akhinya, itu jadi masalah baru, “pungkasnya. (alif)