Lenterainspiratif.id | Ternate – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ternate bersama New Leprosy Relief (NLR) Indonesia menggelar pelatihan peningkatan kapasitas bagi Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK). Kegiatan berlangsung selama tiga hari, mulai 29 hingga 31 Juli 2025, di Grand Majang Hotel Ternate.
Pelatihan ini dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Ternate, dr. Fatiyah Suma, M.Kes. Sebanyak 19 peserta OYPMK turut ambil bagian. Hadir pula sebagai narasumber, dr. Teky Budiawan, MPH, selaku Technical Advisor NLR Indonesia, serta perwakilan dari Ikatan Keluarga Disabilitas Makugawene (IKDM) Kota Ternate.
Menurut dr. Fatiyah, kasus kusta di Ternate masih tinggi. Pada 2024 tercatat 95 kasus, sementara sepanjang Januari hingga Juni 2025 sudah mencapai 57 kasus. Kasus kusta pada anak juga perlu mendapat perhatian, dengan 14 kasus di tahun 2024 dan 5 kasus pada semester pertama 2025.
Program Dinkes Tekan Kasus Kusta
Untuk menekan penyebaran kusta dan mencapai target eliminasi, Dinkes Ternate menjalankan beberapa program unggulan, antara lain:
- Pemberian obat pencegahan (Komoprofilaksis)
- Penanggulangan kusta di wilayah perkotaan
- Bina desa sahabat kusta
- Pembentukan OJK Center di Puskesmas Kalumata
- Pemeriksaan kasus melalui ICF dan school survey
“Masalah kusta bukan hanya soal penyakit, tapi juga menyangkut stigma, disabilitas, hingga beban psikologis. Karena itu, OYPMK harus menjadi subjek aktif dalam upaya pemulihan dan pemberdayaan,” tegas dr. Fatiyah.
Fokus pada Hak, Kemandirian, dan Komunikasi
NLR Indonesia menyesuaikan metode pelatihan dengan pendekatan pembelajaran orang dewasa. Materi pelatihan mencakup:
- Pemahaman dasar tentang kusta dan dampaknya
- Strategi mengatasi stigma
- Pengembangan kepribadian dan kepercayaan diri
- Komunikasi efektif dalam memperjuangkan hak
- Dukungan sebaya dan organisasi OYPMK
- Membangun kemandirian ekonomi dan sosial
Akses terhadap layanan dasar yang inklusif
“Harapannya, OYPMK dapat lebih percaya diri dalam menyuarakan haknya, dan berperan dalam forum koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan,” kata dr. Teky Budiawan.