
HALUT – Demonstrasi petani yang tergabung dalam Pergerakan Petani Kopra Tarakani, menggelar aksi di depan Kantor Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Halmahera Utara (Halut), Rabu (28/11/2018). Mereka menuntut pihak Pemerintah Daerah (Pemda) dan DPRD, segera menstabilkan harga kopra yang kian terpuruk.
Demonstrasi yang awalnya berjalan dengan damai, namun beberapa waktu kemudian, para demonstran membakar ban bekas dan daun kering kelapa di depan dan pagar kantor DPRD Halut. Tak berhenti disitu, para demonstran pun mencoba menerobos masuk halaman kantor DPRD yang dijaga ketat oleh aparat Kepolisian.
Tak selang waktu yang begitu lama, kericuhan pun terjadi antara masa demonstrasi dengan aparat kepolisian. Akibatnya, pihak kepolisian terpaksa menembakkan gas air mata dan water canon pada pengunjuk rasa.
Akan tetapi, dengan sigapnya Kapolres Halut dan jajarannya, kericuhan pun dapat dikendalikan dan diredam. Meskipun, beberapa anggota dan pengunjuk rasa mengalami luka-luka.
Sementara itu, AKBP Yuyun Arief Kus Hendriatmo, Kapolres Halut, saat dikonfirmasi pada, Kamis (29/11/2018), mengatakan, dirinya menyangkan akibat kericuhan disaat pengunjuk rasa menyampaikan aspirasi. “Saya sangat menyayangkan akibat insiden itu, “ungkapnya.
Namun, dengan melakukan strategi pendekatan persuasif, amarah pengunjuk rasa bisa diredam. “Langkah persuasif adalah bagian langkah untuk meredam suasana yang memanas saat terjadi keributan. Bukan hanya itu saja, pendekatan secara emosional pun bagian dari alternatif itu pula, “terang Yuyun.
Kapolres berharap, agar ke depan ketika mau melakukan aksi, seyogyanya aspirasi disampikan secara santun. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan terjadi. Disamping itu, tentu untuk kebaikan bersama, baik bagi petugas keamanan maupun para demonstran itu sendiri. “Demi kebaikan bersama, kedepan kalau boleh aksinya jangan sampai ricuh, aspirasinya disampaikan secara santunlah, “tutupnya. (mc/dit)






