BudayaJawa TimurWisata

Candi Mahkota Prabu, Candi Perawan Yang Terlupakan

×

Candi Mahkota Prabu, Candi Perawan Yang Terlupakan

Sebarkan artikel ini
foto :

Candi Mahkota Prabu, Candi Perawan Yang Terlupakan
Candi Mahkota Prabu  atau Candi Pari

lenterainspiratif.id | Mojokerto – Candi Mahkota Prabu  atau Candi Pari. Mungkin ini bisa jadi alternatif bagi petualang yang suka akan keindahan alam yang masih perawan yang terletak ditengah hutan belantara di arah tenggara dari Dusun Blentreng Desa Ngembat Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, kurang lebih 10 km menyelusuri jalan setapak diarea persawahan, tanah tadah hujan masuk ke hutan Tahura ( Taman Hutan Rakyat ).

“Penamaan candi ini berawal dari cerita sejarah seorang petani yang pelit” , “Hidayat ( 31 ) Warga desa Ngembat mengatakan pada selasa ( 25/9/2018), Dulu adadua bersaudara, dengan tingkatan profesi yang sama sebagai petani, Dari kedua saudara ini yang paling beruntung ( Kabegjan ) adalah kakaknya, Tiap kali panen, hasil panennya melebihi petani yang lain, pada saat panen selalu menghasilkan padi yang berlimpah.

sementara itu adiknya selalu gagal panen,  saat itu sang adikpun bermaksud untuk meminjam kepada saudaranya yang panen padinya berlimpah sampai bertumpuk-tumpuk. Namun dia sangat pelit dan tidak mau meminjamkan padinya kepada saudaranya tersebut, yang akhirnya saudara yang gagal panen ini menyabda bahwa padi yang bertumpuk-tumpuk itu menjadi batu, agar bisa merasakan apa yang dirasakan pada saat itu,”

Sayangnya, Cagar budaya yang termasuk aset daerah ini yang
diperkirakan dibuat pada masa mataram kuno, sebelum kerajaan singosari, Jarang sekali di ketehui banyak orang, khususnya masyarakat Mojokerto, Karna letak lokasi dan kurangnya perawatan secara khusus dari masyarakat setempat, maupun pihak yang berwajib.

” Semoga kedepan peninggalan-peninggalan budaya ini, bisa tersebar informasinya secara merata, baik di kalangan warga sendiri maupun publik, Meskipun candi ini berada di desa kami, penduduk di sini juga jarang yang paham, bahkan generasi muda di desa kami era sekarang ini, enggan sekali ikut berkampanye untuk melestarikan peninggalan ini,.” terang Toni ( 23 )  pemuda desa ngembat.

Alam yang indah dan bebas polusi, dan enak untuk olah raga mendaki gunung cocok bagi para pecinta alam. Ada pesan khusus dari warga setempat yang layak kita simak jikalau kita ingin berkunjung/berkemah .

” kalau ke lokasi jangan lupa mambawa bekal beras ketan secukupnya untuk dimasak karena lokasinya yang jauh dari perkampungan, demikian pesan masyarakat Blentreng. Keunikan dari adat jawa ke kunoan ini, cara memasak inilah yang belum pernah kita jumpai mungkin di daerah lain, yaitu beras ketan dimasukkan di sepotong bambu lalu dibakar sampai matang, tak hanya pemandangan alam dan adat budaya saja yang bisa di rasakan, pemandian Kali Tirta Galuh juga menjadi khas dari obyek candi pari ,yang biasanya dipakai mandi usai melihat candi tersebut. Menurut cerita sesepuh desa Ngembat, air sungai tersebut bisa menghilangkan pegal-pegal setelah turun dari lokasi candi.” (ton)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *