Lenterainspiratif.id | Sejarah – Bulan Agustus seringkali dimaknai sebagai bulan kemerdekaan. Di bulan bersejarah inilah Indonesia lepas dari jajahan kolonialisme Belanda.
Berbicara mengenai kemerdekaan pasti tidak akan lepas dengan Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Tak banyak yang tau jika Naskah Sumpah Pemuda ditulis menggunakan ejaan van Ophuijsen.
Perlu diketahui, ejaan van Ophuijsen merupakan jenis ejaan lama yang pernah digunakan bangsa Indonesia hingga dua tahun pasca kemerdekaan.
Pembakuan ejaan ini dibuat oleh Prof. Charles van Ophuijsen, seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda pada tahun 1896.
Dibantu oleh Nawawi Soetan Makmoer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim, ejaan van Ophuijsen berhasil ditulis dalam sebuah buku berjudul Kitab Logat Melajoe.
Charles Adriaan van Ophuijsen adalah tokoh Belanda yang lahir di Solok, Sumatera Barat, pada tahun 1856.
Penulisan Ejaan Van Ophuijsen ditandai dengan
penggunaan ‘J’ untuk penulisan berbunyi ‘Y’, seperti pada kata ‘jang’ (yang). Penggunaan “Oe” untuk penulisan berbunyi ‘U’, seperti ‘kamoe’ (kamu).
Pengunaan tanda koma atas (‘) sebagai tanda bacaan yang berbunyi sentak, seperti pada kata ‘ma’moer’ (makmur).
Ejaan van Ophuijsen digunakan di Indonesia kurang lebih sekitar 46 tahun, sejak pertama kali disahkan oleh pemerintah kolonial pada tahun 1901.
Pada 17 Maret 1947, ejaan ini digantikan dengan ejaan Suwandi yang dirancang oleh RM. Suwandi. Dalam ejaan ini merupakan ejaan yang kurang lebih sama dengan ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang kita gunakan saat ini. (Met).