BudayaDaerahJawa TengahPeristiwa

Asal Usul Orang Kalang Yang Juga Ahli Pandai Besi

×

Asal Usul Orang Kalang Yang Juga Ahli Pandai Besi

Sebarkan artikel ini
foto : benda yang berasal dari makam kuno

foto : benda yang berasal dari makam kuno

lenterainspiratif.com | Yogyakarta – Sejarah dan asal usul orang kalang, siapakah itu orang kalang, begini penjelasan Antropolog Universitas Gajah Mada (UGM) Dr Pande Made Kutanegara.

Dalam beberapa versi sejarah, menyebutkan orang Kalang berasal dari Bali.

“Dari segi historis ada beberapa versi ya, tapi versi paling besar mereka (orang Kalang) adalah orang Bali yang didatangkan oleh Raja Kerajaan Mataram Islam di Kotagede (Yogyakarta),” ujar Dr Pande Made Kutanegara, Kamis (9/7/2020).

Pada awalnya kedatangan orang kalang di kota gede Yogyakarta untuk membantu persenjataan kerajaan Mataram, mengingat orang kalang dikenal sebagai pandai besi.

“Dari catatan sejarah, mereka itu didatangkan khusus ke Yogya, tepatnya saat (era) Kerajaan Mataram pertama (Mataram Islam) untuk mengembangkan persenjataan, pembuatan perhiasan hingga gamelan,” ujarnya.

“Orang pandhe itu (orang Kalang) orang bali, pandhe itu pandai besi. Mereka tenaga kerja yang ahli di bidang senjata dan membuat gamelan serta perak,” tambahnya.

Pande juga memaparkan bahwa, sekitar 50 kepala keluarga (KK) orang kalang di datangkan ke Yogyakarta dan bertempat tinggal di kecamatan Kotagede Yogyakarta.

“Nah, lama kelamaan mereka beranak pinak dan menyebar, ke timur arah Solo, utara ke arah Purwodadi, Blora, Jepara dan Demak. Kalau ke barat sampai Gombong dan Purwokerto,” ujarnya.

Bukan tanpa alasan, hal itu karena orang Kalang ada yang suka berkelana. Terlebih, merujuk teori migrasi menyebut perantau perlu how to survive atau bertahan di perantauan.

“Nah mereka menjadi usahawan di berbagai bidang. Misal Gombong orang Kalang kuat, Solo, Jepara, Jepara itu seperti dari ukirannya itu,” ucapnya.

“Dan di masa kolonial, orang Kalang jadi pengusaha sukses karena mereka menguasai pegadaian. Jadi pegadaian di Yogya-Jateng (Jawa Tengah) itu yang menguasai orang Kalang,” lanjut Pande.

Nama kalang sendiri memiliki arti “dipagari”, hal itu sesuai denga dari keeksklusivan orang kalang sendiri.

“Mereka seperti masyarakat luar yang beda kebudayaan dengan masyarakat asli Jawa, sehingga mereka jadi masyarakat yang eksklusif. Seperti perkawinan harus sesama orang Kalang, kepercayaannya juga beda dan ini yang membuat mereka dijuluki sebagai orang yang dikalang, seperti dipagari, nah dari situ muncul istilah Kalang,” ujarnya.

Menanggapi penggalian makan orang kalang, pande menilai karena orang kalang menganut adat bali yang turut menyertakan harta benda milik orang yang meninggal ke dalam liang lahatm

“Di Bali ada kepercayaan bekal kubur dan dibawa mereka (orang Kalang). Ini membuat makam orang Kalang memiliki nilai,” ujar Pande.

Sebelumnya, Polsek Tunjungan, Blora, Jawa Tengah amankan belasan orang yang membongkar makan kuno orang Kalang yang terletak di kawasan hutan Nglawungan guna mengambil benda-benda yang turut disertakan ketika pemakaman jenazah.

Polsek Tunjungan bersama Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Blora. Diketahui belasan warga ini sedang melakukan pembongkaran makam-makam kuno di hutan Perhutani kawasan Nglawungan, Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan. Untuk mengambil bekal kubur yang berada di makam-makam kuno orang Kalang tersebut.

Siapakah orang Kalang itu?

Lukman, Staf Kepurbakalaan Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Blora menjelaskan, orang Kalang ini adalah kelompok manusia yang hidup di Jawa pada masa prasejarah, sebelum pengaruh Hindu masuk ke Jawa. Mereka tergolong maju di zamannya.

Makan orang Kalang ini menyebar hampir di 16 kecamatan di Kabupaten Blora.Tidak hanya di wilayah hutan Nglawungan, Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan saja.

“Hampir merata di 16 kecamatan ada ditemukan makam batu manusia kuno. Makam-makam tersebut adalah makam manusia Kalang,” sebagaimana dilansir detikcom, Rabu (8/7/2020).

Ketika diadakan Festival Budaya Kalang tahun 2017 di Tuban, Jawa Timur, para arkeolog dan sejarawan yang hadir menyimpulkan hasil dari hasil temuan dan fakta-fakta yang ada, kuburan – kuburan kuno itu memang peninggalan orang Kalang.

Para ahli juga menyebut, orang Kalang memiliki peradaban tinggi dizamannya, merupakan orang jaman dahulu yang meninggali wilayah Blora, Rembang, Bojonegoro, Tuban, dan sekitarnya. Ciri-ciri kelompok orang kalang adalah membekali orang meninggal dengan harta benda di dalam kuburnya.

“Kubur-kubur itu memiliki budaya berbeda dengan budaya Hindu. Kuburannya membujur timur ke barat dan tersusun dari batu,” jelas Lukman.

Orang Kalang ini juga menganut sistem strata sosial, ketika melakukan pemakaman mereka menutup 9 lubang tubuh dengan benda logam sesuai strata.

“Jika yang meninggal strata sosialnya tinggi, di kuburannya dibekali sawur atau butiran emas murni berserta perhiasan dari emas. Jika di strata bawah biasanya dibekali alat-alat pertanian. Di strata tengah dibekali benda-benda logam perunggu,” terang Lukman.

Banyaknya emas yang ditemukan di area pemakaman yang berada di Kecamatan Jiken, menunjukkan bahwa orang kalang yang dimakamkan disitu tergolong starata atas.

“Hal itu pula yang memancing para pemburu harta bekal kubur untuk mendatangi lokasi. Rata-rata mereka berasal dari luar kota,” ujar Lukman.

Ia berharap agar masyarakat dapat menjaga peninggalan sejarah tersebut, sehingga bisa diceritakan pada anak cucu kelak.

“Manusia kalang ini manusia biasa yang terus hidup dan berkembang biak dan beranak turun hingga sekarang. Jangan diartikan punah. Kesimpulan sementara adalah manusia kalang adalah manusia asli leluhur dari masyarakat Blora dan sekitarnya. Bukti-bukti artefak juga tersimpan baik,” jelasnya. (dad /tim)