NasionalOpini

All Eyes On Papua, Perjuangan Suku Awyu Selamatkan Hutan Adat

×

All Eyes On Papua, Perjuangan Suku Awyu Selamatkan Hutan Adat

Sebarkan artikel ini
Suku Awyu, All eyes on papua
Foto saat Suku Awyu mengajukan gugatan ke MA / sumber : BBC Indonesia

Lenterainspiratif.id | Artikel – Papua, wilayah paling timur Indonesia, mendadak menjadi sorotan di media sosial dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa di Papua sering kali menyedot perhatian netizen, membuat isu-isu yang terjadi di sana viral dan menjadi perbincangan hangat. Mengapa Papua begitu sering menjadi viral di media sosial?

Papua kembali menjadi sorotan utama di media sosial karena isu perkebunan kelapa sawit yang menimbulkan berbagai masalah lingkungan, sosial, dan ekonomi. All eyes on Papua bergema untuk menyuarakan konflik lahan yang sedang terjadi di Papua.

Masyarakat adat Marga Moro dan Suku Awyu didampingi oleh Koalisi Selamatkan Hutan Adat Papua menggungat izin lingkungan kebun sawit PT Indo Asiana Lestari (PT IAL). Masyarakat adat Papua Barat menolak dengan tegas rencana pembabatan hutan seluas 36 ribu hektar itu. Apabila proyek tersebut terlaksana, hutan adat yang selama ini merupakan sumber penghidupan bagi mereka akan hilang, kehidupan mereka terancam.

Yayasan Pusaka Bentala Rakyat melalui laman petisi change.org sejak 2 Maret 2024, mengajak orang-rang menandatangani petisi pencabutan izin sawit PT IAL. Melalui petis itu dijelaskan bahwa menghilangkan hutan alam dengan luas separuh Jakarta adalah suatu bencana. Berikut beberapa aspek kunci yang menjelaskan mengapa perkebunan sawit di Papua menjadi perhatian luas:

Deforestasi dan Kerusakan Lingkungan

Ekspansi perkebunan kelapa sawit sering kali menyebabkan deforestasi besar-besaran di Papua. Hutan-hutan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati ditebang untuk membuka lahan sawit. Ini tidak hanya merusak habitat satwa liar, tetapi juga mengganggu ekosistem yang penting bagi keseimbangan lingkungan global. Laporan deforestasi di Papua sering kali memicu reaksi keras dari aktivis lingkungan dan masyarakat internasional.

Pelanggaran Hak Masyarakat Adat

Banyak lahan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit adalah tanah ulayat milik masyarakat adat Papua. Proses perizinan dan pembebasan lahan sering kali dilakukan tanpa konsultasi dan persetujuan dari masyarakat lokal. Hal ini menimbulkan konflik lahan, pelanggaran hak asasi manusia, dan perampasan tanah. Masyarakat adat yang kehilangan tanahnya tidak hanya kehilangan sumber mata pencaharian, tetapi juga identitas budaya mereka.

Ketidakadilan Ekonomi

Meskipun industri kelapa sawit sering kali diklaim sebagai penggerak ekonomi lokal, manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Papua sangat minim. Banyak perusahaan besar yang beroperasi di Papua mendatangkan pekerja dari luar daerah, sementara penduduk lokal hanya mendapatkan pekerjaan dengan upah rendah dan kondisi kerja yang buruk. Hal ini memperburuk ketimpangan ekonomi di Papua.

Degradasi Sosial dan Budaya

Perkebunan kelapa sawit membawa dampak sosial yang signifikan bagi masyarakat Papua. Perubahan penggunaan lahan memaksa masyarakat adat untuk meninggalkan cara hidup tradisional mereka. Perubahan ini sering kali mengakibatkan disintegrasi sosial dan hilangnya nilai-nilai budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Konflik dan Kekerasan

Konflik lahan antara perusahaan perkebunan dan masyarakat adat sering kali berujung pada kekerasan. Laporan tentang intimidasi, pengusiran paksa, dan penggunaan kekuatan oleh aparat keamanan untuk melindungi kepentingan perusahaan menjadi isu yang memicu kemarahan dan protes di media sosial. Kekerasan ini mencerminkan ketidakadilan struktural yang dialami oleh masyarakat Papua.

Peran Media Sosial dalam Menyoroti Masalah

Media sosial telah menjadi platform penting bagi masyarakat dan aktivis untuk menyoroti masalah perkebunan kelapa sawit di Papua. Dengan berbagi foto, video, dan laporan lapangan, aktivis lingkungan dan hak asasi manusia dapat menarik perhatian publik dan internasional terhadap isu-isu yang sering kali tidak diangkat oleh media mainstream. Tagar seperti #SavePapuaForest atau #PapuaLandRights digunakan untuk menggalang dukungan dan meningkatkan kesadaran.

Masalah perkebunan kelapa sawit di Papua mencakup berbagai aspek yang kompleks, mulai dari deforestasi dan kerusakan lingkungan, pelanggaran hak masyarakat adat, hingga ketidakadilan ekonomi dan sosial. Perhatian yang diberikan oleh media sosial menunjukkan bahwa masyarakat semakin peduli terhadap isu-isu ini dan menuntut perubahan. Dengan adanya tekanan dari publik, diharapkan pemerintah dan pihak terkait dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk melindungi hak-hak masyarakat Papua, menjaga kelestarian lingkungan, dan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan adil bagi semua. (Met)

Kusumaningtyas Ardiningrum.

Artikel ini ditulis oleh Kusumaningtyas Ardiningrum, Mahasiswa Ilmu Komunikasi – Universitas Islam Majapahit. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *