
lenterainspiratif.com | Surabaya – Sejumlah pekerja seni yang menamakan dirinya Aliansi Pekerja Seni Surabaya (APSS) mendatangi gedung Grahadi surabaya, yang menuntut agar Pemkot Surabaya segera menerbitkan izin kegiatan atau hajatan baik indoor maupun outdoor.
Setidaknya 700 personel gabungan dari Polda, Polres dan Polsek untuk mengamankan aksi tersebut.
Kapolsek Genteng AKP Hendry Ferdinand Kennedy mengatakan bahwa mereka para pekerja seni embali menggelar aksi demo. Rencananya aksi demo akan digelar di tiga titik.
“Iya dari APSS (Aliansi Pekerja Seni Surabaya), rencannya ada tiga titik, mulai bergerak dari Grahadi, kemudian DPRD Kota, dan Balai Kota, mulai jam 09.00 WIB,” kata Kennedy, Rabu (12/8/2020).
Dalam pengamanannya sendiri, personel gabungan dari Polrestabes Surabaya, Polda Jatim dan Polsek Genteng akan mengamankan aksi demo para pekerja seni ini.
“Sekitar 700 personel gabungan dari Polda, Polres dan Polsek,” ungkap Kennedy.
Sebelumnya, aksi serupa telah digelar oleh para pekerja seni yang tergabung dalam APSS di Balai Kota. Mereka menuntut agar Pemkot Surabaya menerbitkan izin kegiatan atau hajatan baik indoor maupun outdoor.
Dalam aksi sebelumnya, para pekerja seni membawa puluhan mobil sound system, serta kesenian budaya mulai dari, jaranan, reog hingga kesenian barongan, mereka beratrasi sebagai bentuk protes ke pemerintah sebab selama 5 bulan mereka sudah tidak bekerja.
sebelumnya, Setelah diperkirakan hampir 5 bulan para pekerja seni di surabaya tak dapat mencari nafkah akhirnya mendatangi pemkot surabaya menuntut agar Pemkot Surabaya segera menerbitkan surat edaran hajatan dan hiburan.
Para pekerja seni yang tergabung dalam Aliansi Pekerja Seni Surabaya (APSS) mengaku ingin bisa kembali berkesenian kembali dan mencari nafkah setelah lama tidak kerja.
Dessy salahsatu pekerja di bidang seni tarik suara bersama dengan kawan-kawan seprofesi ikut turun aksi bersama para pekerja seni lainnya di depan Balai Kota di Jalan Sedap Malam.
Janda anak dua itu juga terlihat membawa poster bertuliskan ‘Gara-gara Corona Aku Jadi Janda’. Panas yang terik saat itu tidak menghalanginya menyuarakan aspirasinya untuk mendorong Pemkot Surabaya agar segera menerbitkan surat edaran hajatan dan hiburan.
Dikutip dari Detik.com “Lima bulan setengah sudah tidak kerja. Pertengahan Maret kita off, semua job dibatalkan semua,” kata Dessy Rabu (5/8/2020).
Dessy juga menceritakan selama lima bulan lebih tidak menyanyi dari panggung ke panggung. Wanita berambut pirang itu harus memutar otak agar bisa bertahan dan menghidupi dua anaknya yang saat ini duduk di bangku SD dan TK.
“Tidak ada lagi penghasilan. Terpaksa membongkar celengan hingga menjual peralatan elektronik. Semuanya habis,” ungkap Dessy.
Selama belum ada COVID-19 dan manggung dilarang, Perempuan asal Benowo, Surabaya ini mengaku setiap akhir pekan sering menerima job menyanyi dari panggung ke panggung.
“Sekali main dapat Rp 300 ribu, lain kalau dapat saweran, itu pun alhamdulillah kalau ada saweran,” ujar Dessy.
Dessy juga bercerita teman seprofesi dengannya sebenarnya memiliki keahlian jika job menyanyi sepi. Yakni membuat dan berjualan donat. Namun saat membuka lapak selalu diobrak (ditertibkan) Satpol PP Kota Surabaya.
“Ada teman juga jualan donat. Sudah dibuka tapi diobrak oleh Satpol PP nggak boleh buka. Jadi ya susah buat makan setiap hari,” ungkap Dessy.
Dessy bersama rekan-rekan berharap pandemi segera berakhir dan bisa manggung kembali dan Pemkot Surabaya agar segera memenuhi aspirasi para pekerja seni. (Fi/tim)