DaerahJawa Tengah

Alasan Jajanan Di Bantul Diberi Nama Tolpit “Kontol Kejepit”

×

Alasan Jajanan Di Bantul Diberi Nama Tolpit “Kontol Kejepit”

Sebarkan artikel ini
Alasan Jajanan Di Bantul Diberi Nama Tolpit "Kontol Kejepit"
ilustrasi

Alasan Jajanan Di Bantul Diberi Nama Tolpit "Kontol Kejepit"
ilustrasi

Lenterainspiratif.id | Bantul – Sebuah jajanan dari Bantul ini mempunyai nama yang cukup unik, karena bentuknya menyerupai alat kelamin maka diberi nama tolpit ‘kontol kejepit’.

Salah satu pembuat dan penjual ‘kontol kejepit’ atau ‘tolpit’ Mardinem (66) mengatakan, resep jajanan tersebut ia dapatkan dari orang tuanya. Ia pun sudah berjualan tolpit kurang lebih selama 17 tahun.

Warga Pedukuhan Ngunan Unan, Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul ini melanjutkan, bahwa awalnya dia hanya berjualan tolpit selama 4 tahun di Pasar Niten. Pasalnya dia lebih fokus untuk menjual hasil bumi, terlebih saat itu yang lebih laku adalah hasil bumi.

“Saya jualan hasil bumi sampai tahun 90 an. Tapi akhirnya saya melanjutkan jualan adrem lagi mulai tahun 2002, pokoknya sebelum gempa (2006) sampai sekarang,” ucapnya.

“Tapi karena Corona ini jualan kalau ada pesanan saja mas. Kira-kira saya seminggu sekali saja membuat adrem,” imbuh Mardinem.

Terkait nama tolpit sendiri Mardinem mengaku kurang begitu tahu secara pasti. Ia menyebut nama tolpit kontol kejepit’ itu dikarenakan pembuatannya menggunakan teknik penjepitan.

“Saya juga kurang begitu tahu karena itu jenis makanan Bantul ya, dan orang kuno kasih nama gitu. Tapi nama sekarang diberi nama kue adrem,” katanya.

“Mungkin itu karena seperti dijapit itu mas, dijapit pakai sumpit 3 buah, lalu diangkat. Nah, kalau sudah dicur (adonan dituang ke dalam penggorengan) mlembung terus dijapit. Karena itulah namanya tolpit, jadi tidak karena itu (bentuknya menyerupai bagian kelamin),” lanjut Mardinem.

Terkait pembuatan tolpit alias kontol kejepit, dia menyebut ada 2 cara. Kendati demikian hasil pembuatan dari 2 metode ini sama.

“Sebenarnya ada 2 jenis pembuatan. Pertama yang encer, gula sekilo, tepung sekilo campur gandum dan kelapa 1. Kalau yang padat, itu tepung sekilo, gula 8 ons dan kelapa cuma seperempat,” katanya.

“Hasilnya sama tapi kalau orang kuno dulu buatnya padat semua. Untuk yang encer karena ada pelatihan itu. Pokoknya kalau adrem yang warna warni itu pakai gula pasir dan yang warna cokelat pakai gula Jawa,” imbuhnya.

Tepung beras yang digunakan untuk membuat tolpit adalah tepung beras hasil gilingan sendiri. Adonan di diamkan selama setengah hari. Tolpid sendiri dijual seharga Rp 1000 Rupiah per biji.

Pembuat kue tolpit lainnya, Kisminah mengatakan, bahwa nama tolpit memang muncul dari cara pembuatannya. Menurutnya, orang zaman dahulu sengaja membentuk tolpit sedemikian rupa untuk menarik perhatian pembeli.

“Jadi harus dijepit kalau tidak dijepit kan kurang menarik cuman kayak kue apem itu. Nah, ini kan cara menariknya harus dijapit dulu terus kelihatan menarik ada bentuknya,” katanya. ( dad )