lenterainspiratif.com | Mojokerto – Mengantisipasi para pemudik yang nekat datang ke Kota Mojokerto, Pemkot Mojokerto telah sudah menyiapkan menyiapkan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang berada di Cinde di Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto sebagai rumah tinggal sementara (karantina) bagi pemudik yang memaksa pulang kampung.
Gedung dengan 60 ruangan dengan Kapasitas 240 orang tersebut nantinya tak hanya sekedar mengkarantina para pemudik yang masih nekat mudik atau pulang kampung, namun pemkot juga akan menyiapkan Tenaga Medis.
Walikota Mojokerto Ika Puspitasari atau Ning Ita mengatakan bahwa, Memasuki bulan puasa dan lebaran, mudik sudah menjadi salah satu tradisi di masyarakat kita, oleh karenanya untuk untuk mengantisipasi keluarganya biar tidak terpapar covid-19 ia telah menyiapkan segala kemungkinanya termasuk menyiapkan Rusunawa sebagai tempat karantina.
“Memasuki bulan puasa dan Lebaran, mudik sudah menjadi salah satu tradisi di masyarakat kita. Tradisi ini terkadang sangat sulit untuk dibendung. Untuk itu, Rusunawa ini kita siapkan jika nantinya diperlukan sebagai tempat karantina bagi para pemudik,” kata Ita 28/4/2020.
Selain itu Ning Ita juga menegaskan, Rusunawa ini juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat tinggal sementara bagi para tenaga medis yang bertugas di rumah sakit, untuk melindungi keluarganya biar tidak terpapar covid-19. Untuk itu memang kita siapkan untuk antisipasi dan salah satu bentuk upaya pemkot untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Mudah-mudahan dengan berbagai langkah antisipasi ini, penyebaran Covid-19 di Kota Mojokerto bisa diminimalkan.
” Tentunya, dengan peran serta seluruh elemen masyrakat dalam menerapkan protokol kesehatan dan physical distancing dalam segala aktivitas,” tegasnya
Saat ini, lanjut Wali Kota perempuan pertama di Kota Mojokerto ini, di Kota Mojokerto ada Pasien Dalam Pemantauan (PDP) ada delapan orang, meskipun Orang Dengan Resiko (ODR) naik signifikan. Artinya, tegas Ning Ita, upaya yang dilakukan Pemkot Mojokerto cukup efektif. Meski demikian, upaya tersebut hingga sejauh ini masih banyak masyarakat di Kota Mojokerto yang belum mematuhi.
“Sehingga di bulan ramadan ini, untuk pertokoan yang seperti warung kopi dan sebagainya untuk membeli dengan cara dibungkus dan dibawa pulang. Ini sudah kita sosialisasi sejak bulan Maret lalu, tapi belum juga dipatuhi. Di bulan puasa ini, jam buka bisa lebih awal. Siang atau sore dan dibungkus, ini tidak akan nenggurangi pendapatan mereka,” tutupnya.