lenterainspiratif.id | Mojokerto – Situs Kademangan merupakan candi peninggalan zaman akhir era Majapahit. Karena situs ini teletak cukup jauh dari kota raja Majapahit di Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Ahmad Khomari salah satu tokoh masyarakat sekitar, Dugaan itu diperkuat dengan banyaknya temuan fragmen tembikar di sekitar Situs Kademangan. Beberapa pecahan tembikar berupa ukel. Yaitu hiasan atap rumah pada zaman Majapahit.
“Dari bentuk bata dan batunya ini diperkirakan dari Majapahit akhir abad ke 15-16 masehi. Fragmen tembikar menunjukkan adanya masyarakat pendukung di sekitar candi. Karena pecahan tembikar banyak ditemukan warga di sekitar punden,” cetusnya.
Lebih lanjut Ahmad Khomari juga mengatakan bahwa Candi di Situs Kademangan dibangun menggunakan kombinasi bata merah dan batu andesit. Teknik pembangunan situs ini mirip dengan Petirtaan Jolotundo di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
“Bagian dalamnya tersusun dari bata merah, kemudian dilapisi batu andesit sebagai bagian kulit. Kombinasi ini seperti di Petirtaan Jolotundo. Bagian pondasinya menggunakan struktur bata dengan lapisan terluar batu andesit,” ujarnya.
Untuk memastikan bentuk bangunan dan fungsi candi tersebut, menurut Ahmad Khomari, Situs Kademangan harus diekskavasi. Hanya saja, sejumlah pohon besar yang tumbuh di area situs menjadi tantangan tersendiri jika ekskavasi digelar. Karena akar-akar pohon berpotensi masuk dan merusak struktur candi.
“Kalau diekskavasi, saya yakin berpotensi ditemukan arca atau mungkin hiasan relief yang masih tersisa di bagian bawah. Karena gundukan ini berada 8-10 meter dari permukaan tanah yang saat ini. Kelihatannya bangunannya masih cukup berdiri,” tegasnya.
Sayangnya, Situs Kademangan belum menjadi prioritas ekskavasi BPCB Jatim tahun ini. Menurut Ahmad Khomari, pihaknya akan mendulukan penggalian arkeologis di Situs Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.
“Kami akan koordinasikan dengan Pemkab Mojokerto untuk pengamanan sementara situs ini,” tandasnya. ( ainul yaqin)