Mojokerto | Lenterainspiratif. Id – Tugu yang berada di tengah tengah alun alun Kota mojokerto disebut dengan nama Tugu Kaca Pengilon, Hal itu karena Lempengan marmer putih dengan bingkai semen bila dilihat dari kejauhan seperti cermin. Karena itu tugu tersebut dijuluki “Tugu Kaca Pengilon”, atau tugu kaca untuk bercermin diri.
Dalam lempengan di tengah tugu tersebut terdapat teks proklamasi asli bukan buatan baru. Yaitu dibuat tahun 1949.
Dikutip dari tulisan serpihan catatan ayuhan nafiq bahwa Mojokerto, seperti Kota lainnya di Jawa, pusat pemerintahan itu selalu ada infrastruktur yang bernama alun-alun di pusat kota. Dekat dengan alun-alun terdapat kraton tempat kediaman bupati dan masjid. Tata Kota semacam itu adalah khas gaya kraton mataram. Namun sesesungguhnya tata Kota itu menjiplak dari Kota majapahitan. Pada tengah alun-alun terdapat pohon beringin yang diberi pagar melingkar yang disebut Wringin kurung.
Pada Nopember 1949, menjelang penyerahan kedaulatan dari pemerintah jajahan belanda pada RI, di Mojokerto dilakukan pembicaraan tentang serah terima tersebut. Disela perundingan dibuat kesepakatan untuk membuat tugu peringatan yang diletakkan di alun-alun mojokerto. Tidak jelas bagaimana prosesnya sehingga pihak Belanda yang masih menguasai Kota Mojokerto mengijinkannya. Yang jelas peletakan batu pertama pembangunannya dilaksankan dengan dihadiri oleh pihak RI, Belanda dan pejabat kabupaten yang diangkat oleh Belanda, biasa dikenal dengan nama Recomba.
Tugu peringatan itu kemudian dinamakan tugu proklamasi. Dinamakan demikian karena pada tugu itu terdapat teks proklamasi yang ditulis pada lempengan marmer. Teks itulah yang sekarang tertempel pada sisi selatan tugu.
Pembuatan tugu itu sepertinya tanpa rencana dan desain yang baik. Maklum pada saat itu konsentrasi para punggawa republik tertuju pada proses pemindahan kekuasaan. Masalah pembangunan belum terpikirkan, apalagi anggaran juga tidak ada alias belum sempat membahas anggaran dan belanja. Maka tidak heran bila bentuk tugu itu teramat sederhana.
Dengan meletakkan di dekat Wringinkurung, bangunan kotak persegi panjang didirikan. Besarnya cukup untuk menempelkan teks Proklamasi yang terbuat dari marmer. Lempengan marmer putih dengan binglai semen bila dilihat dari kejauhan seperti cermin. Karena itu tugu tersebut dijuluki “Tugu Kaca Pengilon”, tugu kaca untuk bercermin diri.
Sesederhana apapun tugu itu tetap merupakan bukti kepedulian para pejuang kemerdekaan untuk memberi penanda zaman. Tidak banyak daerah yang sempat memikirkan dan bisa membuat tugu peringatan seperti itu. Bentuk sederhana bisa jadi untuk mempercepat proses pembuatan agar selesai ketika penyerahan kedaulatan dilaksana pada tanggal 17 Desember 1949. Dan sejarah kembali tercipta di Mojokerto sebab upacara penyerahan mendahului jadwal yang ditetapkan. Mojokerto diserahkan pada tanggal 5 Desember 1949 sehingga menjadi daerah pertama yang diserahterimakan Belanda.
Bentuk tugu proklamasi itu sendiri mengalami beberapa kali pemugaran hingga berbentuk seperti saat ini. Tugu baru saat ini letaknya tepat dimana Wringinkurung berada. Kemungkinan penebangan wringinkurung terjadi pada sekitar tahun 1980-an atau akhir dasa warsa 1970-an. ( Roe)