Lenterainspiratif.id | Hobby – Ramadan adalah bulan yang paling dinantikan oleh banyak umat muslim. Momen Ramadan juga sering digunakan sebagai waktu yang tepat untuk banyak melakukan ibadah dan memperdalam ilmu agama.
Salah satu kegiatan yang tepat untuk mengisi waktu di bulan Ramadan adalah dengan membaca buku yang bertema keislaman. Nah, di bawah ada lima rekomendasi buku yang bisa kamu baca sambil nunggu waktu buka puasa.
1. Jangan Jauh-Jauh Nanti Allah Kangen
Jangan Jauh-jauh Nanti Allah Kangen karya Haarun Tsaqif adalah buku pertama yang kami rekomendasikan untuk para pembaca di bulan Ramadan. Gaya penulisannya yang santai dan ringan.
Seperti judulnya, buku ini berisikan banyak reminder juga penguat agar pembaca bisa selalu dekat dengan Tuhan semata.
2. Menjadi Manusia Menjadi Hamba
Menjadi Manusia Menjadi Hamba adalah buku yang ditulis oleh Fahruddin Faiz, seorang dosen filsafat di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta. Lewat buku ini, Faruddin Faiz menyampaikan ilmunya dengan cara, seperti mengobrol dan bercerita sehingga pembaca tidak perlu merasa kesulitan dalam memahami setiap kalimatnya.
Dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu Manusia, Waktu, dan Pengambaan, buku ini mengenalkan pembaca tentang manusia serta maknanya. Selain itu, buku ini juga membahas banyak hal lainnya, seperti pernikahan, doa, dan sebagainya.
3. Tuhan Ada Di Hatimu
Siapa yang tak kenal dengan Habib Husein Jafar? Habib yang berdakwah dengan pendekatan milenial ini seketika jadi favorit para anak muda yang mau belajar agama.
Lewat buku Tuhan Ada Di Hatimu ini, Habib Husein memberikan banyak sudut pandang islam yang indah dan damai. Dalam buku ini juga sekaligus meluruskan banyak persoalan yang saat ini seringkali menjadi bahan perdebatan. Bahasa yang disampaikan Habib Husein sangatlah kekinian, tanpa menghakimi dan menggurui, sehingga pembaca betah menyelami ilmu agama lewat buku ini.
4. Seni Merayu Tuhan
Masih dengan buku yang ditulis oleh Habib Husein Jafar. Buku ini pun jadi karya terbarunya yang diterbitkan. Gaya penulisan buku ini pun masih khas, yakni ringan dan to the point.
Terbagi menjadi empat bahasan utama, yaitu beragama dengan cinta, beragama tanpa menghakimi, beragama dengan berakhlak bukan mengejek, serta beragama dengan tulus.
Seni Merayu Tuhan mengajarkan pembacanya untuk melakukan ibadah bukan hanya karena sekadar wajib atau identitas belaka, apalagi untuk pencitraan semata. Dengan segala pendekatannya yang kekinian, buku ini sangat cocok dibaca untuk para anak muda. (Met)