Politik

Hindari Isu SARA Di Pemilu 2019, Bawaslu Bersama Ponpes Tebuireng Gelar Festival

foto : digelarnya festival pengawasan lintas iman.

JOMBANG – Terciptanya pemilihan umum (Pemilu) yang damai merupakan harapan dari berbagai elemen masyarakat yang ada. Karena dengan tercipta pemilu yang aman dan damai, menunjukkan masyarakat kita sudah dewasa dalam memahami makna demokrasi. Namun, untuk menciptakan kedewasaan dalam memahami demokrasi, maka perlu adanya pemahaman ke masyarakat, salah satunya adalah menggelar sosialisasi. Karena untuk menghindari kecurangan dalam pemilu maupun memanfaatkan isu Suku, Agama Dan Ras (SARA) sebagai alat proganda. Sebab, dengan memanfaatkan isu SARA sangat tak lazim dan berbahaya, karena bisa merusak nilai demokrasi maupun perpecahan persatuan dan kesatuan Bangsa.

Untuk itu, Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu) bersama Pondok Pesantren (Ponpes) Tebu ireng Jombang menggelar festival pengawasan pemilu yang berada di Ponpes Tebuireng Jombang, pada Sabtu (04/08/2018). Sebagai bentuk untuk antisipasi isu SARA saat pemilu 2019 mendatang.

Nampak dalam gelaran itu hadir para tokoh lintas agama, diantaranya perwakilan dari Islam, Kristen Protestan, Kristen Khatolik, Hindu, Budha, dan Khong Hu Chu. Serta di hadiri oleh Dandim 0814/Jombang, Kapolres Jombang, Bawaslu, Muspika dan Muspida Jombang, dan Ormas Lintas Agama.

Sementra itu, saat ditemui disela – sela acara, Anggota Komisioner Bawaslu devisi Sosialisasi, Mochammad Afifuddin mengatakan, kegiatan festival pengawasan lintas iman ini digelar di Ponpes Tebu ireng, karena Ponpes Tebu ireng sangat tepat sebagai simbol toleransi antar umat beragama. Disamping itu, sumbangsih para tokoh juga sangat penting.

“Sumbangsih tokoh agama sangat penting dalam mengantisipasi isu SARA di pemilu 2019 mendatang, “ujarnya.

Hal senada pun diungkapkan oleh KH Fahmi Amrullah, perwakilan dari islam, perbedaan agama bukan penghalang untuk membangun persatuan dan kesatuan. Justru, isu SARA lah yang akan menggerogotinya.

“Isu SARA dalam momentum pemilu 2019 nanti, dapat diantisipasi dengan peran para tokoh lintas agama, “tegasnya.

Terpisah, KH Sholahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah, menjelaskan, isu SARA itu terjadi karena dilatar belakangi oleh fitnah. Karena informasi yang diperoleh tidak disaring terlebih dulu, melainkan dimakan mentah – mentah. Serta, peran tokoh agama sangat lambat dalam antisipasi adanya informasi hoax yang sudah beredar.

“Munculnya isu SARA itu karena dilatar belakangi oleh informasi hoax atau belum jelas kebenarannya, “tutup Pengasuh Ponpes Tebu ireng Jombang, Jawa Timur. (dit)

Exit mobile version